Sesuai janji, setelah komen tembus 35, aku bakal up. Kali ini target 40 bisa gak ya. Bisa dong pastinya. Kalian pada penasaran gak sih gimana endingnya? Aku buat ngegantung atau ending yang bener2 ending nih? Komen yuks. Ramaikan tembus 40 aku up. 😁😁
#### HAPPY READING####
Setelah menunggu beberapa saat dokter memeriksa kondisi So Eun. So Eun harus melakukan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di perutnya.
“Lakukan yang terbaik untuknya, dokter. Aku mohon selamatkan dia.”
“Tuan tenang saja, kami akan melakukan tugas kami dengan baik.” Brankar So Eun di dorong oleh beberapa perawat untuk menuju ruang operasi. Awalnya kim bum ingin mengikuti brankar So Eun menuju ruang operasi, tetapi Minho menahannya dan menyuruh Kim Bum untuk segera mengobati lukanya.
“Obati dulu lukamu, Kim Bum!” Minho menahan pergelangan tangan sahabatnya itu. Kim Bum menatap sinis Minho.
“Aku akan mengobatinya setelah aku tahu kondisi So Eun baik-baik saja.”
“Kalau begitu jangan salahkan kami jika kami berbuat kasar dan memaksamu.” Seunggi menahan Minho yang ingin membawa paksa Kim Bum untuk mengobati lukanya.
“Aku tahu kau mengkhawatirkan kondisi So Eun, tapi tidak baik juga membiarkan lukamu seperti ini. Lukamu harus diobati Kim Bum.”
“Tapi So Eun...”
“Aku tahu. Aku juga tidak tenang sebelum mengetahui kondisi So Eun, tapi apa kau akan seperti ini bertemu dengan, So Eun. obati dulu lukamu, setelah itu terserah kau ingin melakukan apa pun.” Kim bum mengangguk.
Baru saja Kim Bum dan Minho ingin beranjak, tetapi langkahnya terhenti karena seorang perawat keluar dari ruang operasi.
"Suster, bagaimana keadaan So Eun?"
"Nona Kim membutuhkan donor darah sekarang, tetapi saat ini darah yang dibutuhkan nona Kim tidak tersedia. Kami harus menghubungi bank darah, tapi mungkin akan memakan waktu."
"Apa golongan darahnya, sus?"
"Golongan darah AB."
"Golongan darahku sama dengan So Eun, kalau begitu bisakah aku menjadi donornya?" Kim Bum menoleh ke arah Seunggi dengan tatapan yang dalam. Ia sangat berterima kasih kepada sahabatnya itu.
"Kita harus cek dulu, kalau semuanya sehat kami bisa mengambil darah tuan. Mari ikut ke ruang pemeriksaan!"
"Terima kasih." Ucap Kim Bum dengan senyum yang terbit dari bibirnya.
"Kau sahabatku dan So Eun sudah aku anggap sebagai adikku sendiri." Setelah mengatakan itu Seunggi pergi mengikuti suster tadi.
Sudah dua jam sejak So Eun memasuki ruang operasi, kini Kim Bum, Seunggi, dan Minho juga sedang menunggu di depan ruang operasi. Memang memar di wajah Kim Bum masih sangat jelas terlihat, hanya saja darah itu sudah bersih dari pandangan. Ketika Seunggi berada di dalam ruangan untuk pengambilan darah, Minho memaksa Kim Bum untuk mengobati luka-lukanya.Kain kasa juga menempel di dahi dekat pelipis sebelah kirinya dan beberapa luka goresan terlihat di tulang pipinya. Sejak tadi tidak ada yang membuka suara diantara ketiganya. Seunggi dan Minho juga masih kesal terhadap Kim Bum yang merahasiakan status hubungannya dengan Kim So Eun.
“Sebenarnya aku ingin menahan ini, tapi tidak bisa. Sudah berapa lama kau menyembunyikan statusmu ini dari kami, Kim Bum?”
“Sudah beberapa tahun.” Minho menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
“Kau masih menganggap kami sahabatmu kan?”
“Tentu saja.”
“Lalu kenapa kau merahasiakan ini dari kami?”