Seneng gak aku update cepet??
Padahal komennya belum tembus angka 30, aku udah update. Tolong dong ramein lagi komenanya, jangan lupa kasih bintang juga ya.Kayaknya bentar lagi bakalan tamat deh, kalian Tim Happy Ending atau Sad Ending??
Yuk komen, kalau tembus 35 komen, bakal up secepatnya.
### H A P P Y R E A D I N G ####
Kim Bum menatap bangunan tua di depannya. Bangunan itu berdiri tinggi dengan beberapa lantai, memang sudah hampir 60% bangunan itu rusak. Hanya saja temboknya masih berdiri kokoh. Banyak tanaman merambat yang tumbuh menempel di dinding dan sarang laba-laba juga memenuhi langit-langit dan sudut-sudut ruangan.
Kim Bum memasuki bangunan itu dengan santai. Di dalam terlihat sangat sepi dan sedikit menyeramkan. Kim Bum masuk menelusuri semua area yang ada di sana.
“Kim So Eun, kau dimana? So Eun? kau dengar aku? Jawab aku!” Kim Bum melangkahkan kakinya memasuki gedung tua itu sambil meneriakkan nama So Eun. anak buah Jaerim yang mendengar suara teriakan Kim Bum, akhirnya melapor pada atasan mereka.
“Dia sudah datang, boss.” Jaerim menyeringai. Kim Bum sudah masuk ke dalam perangkapnya.
“Kau lihat So Eun, suami mu sudah datang. Ia datang untuk menyerahkan nyawanya kesini.”
“Jangan menyentuhnya!”
“Pastikan dia datang sendiri!”
“Baik, boss.” Anak buah Jaerim tersebut langsung meninggalkan ruangan yang kini dijadikan tempat penyekapan So Eun.
Kim Bum memasuki ruangan dengan beberapa memar di wajahnya. Ia sempat baku hantam dengan beberapa anak buah Jaerim yang berjaga di depan. Benar tebakannya, Jaerim tidak akan merencanakan hal ini jika tanpa persiapan yang matang. Jika diperkirakan mungkin anak buah Jaerim hampir berjumlah dua puluh orang. Beberapa orang sudah ia lumpuhkan di pintu jaga tadi. Meskipun kini ia menemukan jika anak buah Jaerim masih setia berada di ruangan itu bersama sang majikan.Kim Bum melihat So Eun yang kini duduk dengan mulutnya yang diplester. Ada beberapa memar yang terdapat di wajah So Eun. entah apa yang sudah jaerim lakukan kepada So Eun hingga gadis itu menjadi seperti itu.
“Nyalimu cukup diacungi jempol juga ya, tuan muda Kim.”
“Lepaskan dia!”
“Tidak semudah itu. aku menyuruhmu kemari bukan untuk memerintahku melepaskannya begitu mudah, Kim Bum.” Jaerim membuka plester yang berada di mulut So Eun.
“Seharusnya kau tidak kemari, oppa.”
“Lalu aku akan membiarkanmu disini hingga kau mati?”
“Setidaknya bukan kau yang mati. Bukankah kau akan senang jika aku pergi? Maka pergilah sekarang!”
“Tutup mulutmu, Kim So Eun. aku kesini karena mengkhawatirkanmu. Aku masih peduli padamu. Jadi sekarang kau hanya perlu diam.” So Eun terdiam. Apakah sekarang dirinya harus senang atau sedih? Senang karena Kim Bum ternyata masih peduli padanya atau sedih karena kepedulian Kim Bum hanya ketika dirinya dalam bahaya seperti saat ini.
“Ooohh sungguh drama yang cukup mengharukan.”
“Apa maumu?”
“Pertanyaan yang bagus. Aku ingin balas dendam.” Jaerim mengucapkannya dengan penuh penekanan. Ada kilatan marah pada wajahnya. Ia sungguh emosi melihat Kim Bum yang kini berada di depannya.
“Balas dendam?”
“Mungkin kau lupa, atau perlu aku ingatkan lagi. beberapa tahun yang lalu, ada seorang gadis yang menyukaimu. Ia selalu berusaha untuk dekat denganmu. Ia berusaha agar kau melihatnya, tapi apa? Kau malah membuatnya sakit hati, hingga dia mengakhiri hidupnya karena kau.” Kim Bum terdiam, mencoba mengingat siapa orang yag dimaksud oleh Jaerim.