Wuuaaaahh.. gercep sekali ya kalian..😂😂
Belum juga napas, udah disuruh up lagi..😂😂 Tapi, aku seneng sih, sama antusias kalian sama ff ini.Terima kasih sudah komen, di part 6 kalian melampaui batas target aku, kali ini permintaanku, bisa gak ya kalian melampaui target komen kalian di part 6 itu... hihihi...
Happy Reading ******
“Seorang gadis tidak baik melamun sendiri, apa lagi ini sudah larut malam.” So Eun berjengit, kemudian menolehkan kepalanya ke arah belakang tubuhnya. Seorang pria tidak dikenalnya menyapa.
“Kau siapa?”
“Aku? Ah, perkenalkan, namaku Junho, Lee Junho. Kau siapa?” So Eun masih mengamati pria bernama Lee Junho itu lekat. So Eun tidak mau terjebak dalam permainan jahat seorang pria yang tidak dikenalnya. Ia tidak tahu apa niat pria itu. datang menghampirinya ketika dirinya sedang sendiri.
“Kenapa menatapku begitu? Aku bukan orang jahat. Ibuku di rawat di rumah sakit ini karena penyakit yang di deritanya. Aku merasa sesak berada di dalam ruangan, makanya kemari. Awalnya aku pikir hanya aku saja yang ada disini, dan malah melihatmu. Maaf jika aku lancang dan membuatmu tidak nyaman.” Cerita Junho menjelaskan. So Eun menatap Junho lamat-lamat ketika pria itu menceritakan alasannya berada di taman itu.
“Maaf, aku hanya...”
“Aku tahu. Kau seorang wanita. Wajar jika kau harus waspada di sekelilingmu. Ah aku belum tahu namamu.” Junho mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan So Eun.
“Kim So Eun, panggil saja So Eun.” So Eun menerima uluran tangan Junho.
“Kenapa kau disini sendiri, sudah larut malam juga. Tidak takut jika ada hantu berkeliaran.” Taman rumah sakit itu berada di samping bangunan rumah sakit.
Memang agak jauh letaknya dan jika malam hari pun cukup sepi pengunjung. Padahal jika siang hari, taman tersebut banyak sekali yang mengunjungi karena banyak pohon-pohon besar yang rindang.
“Hanya ingin mencari udara segar saja.” Jawab So Eun sekenanya. So Eun melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Ia harus kembali, takut orang tuanya khawatir.“Mau kemana?”
“Aku harus kembali, takut ayah dan ibuku mencari.”
“Ayo aku antar, sekalian kembali juga melihat ibuku.” So Eun mengangguk. Mereka berjalan beriringan memasuki gedung rumah sakit. Ruang rawat ayahnya berada di lantai 5, kebetulan yang tidak disangka juga ibu Junho di rawat di lantai yang sama. Sepanjang perjalanan mereka lebih banyak mengobrol. Meskipun baru saling kenal, tetapi So Eun merasa nyaman bercerita dengan Junho.
So Eun menghentikan langkahnya ketika melihat Kim Bum duduk di kursi tunggu di depan ruang rawat ayahnya. Mengetahui kedatangan orang lain membuat Kim Bum menolehkan kepalanya dan melihat So Eun sedang bersama dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Kim Bum menatap lekat ke arah keduanya, sebelum menampilkan senyum tipis yang berkesan sinis, menurut So Eun. Merasa suasana agak canggung membuat Junho pahan dan mengerti jika dirinya harus pergi.
“So Eun, kau sudah sampai di kamar ayahmu, kalau begitu aku ke ruangan ibuku. Salam untuk keluargamu.”
“Terima kasih sudah mengantarku.”“Sama-sama, aku pergi dulu.” Junho melambaikan tangannya kemudian pergi melewati Kim Bum dan berbelok ke arah kiri di persimpangan koridor.
“Pantas saja lama berada di luar, ternyata ada yang menemanimu.” So Eun cukup terkejut ketika Kim Bum mengeluarkan kalimat itu. Memang terkesan nyelekit, tetapi bukan itu masalahnya. Selama ini Kim Bum selalu menghindar untuk bertegur sapa dengannya, tetapi hari ini, yang baru saja terjadi membuatnya sekejab mematung. Kim Bum sudah memulai untuk berbicara dengannya, meskipun dengan kalimat yang tak mengenakan untuk di dengar.