Kim Bum memghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa yang berada di ruang keluarga. Ibunya menghubunginya dan menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Wanita yang menempati tahta tertinggi di hatinya itu mengatakan merindukan sang putra yang lupa akan rumah. Akhirnya dengan bujuk rayu sang ibu, Kim Bum menyetujui untuk pulang.
Jika dipikir sudah cukup lama juga dirinya tidak pulang. Bukan ia tidak merindukan rumah atau keluarganya, hanya saja ada alasan yang membuatnya betah untuk tinggal seorang diri.
Saat ini rumah dalam keadaan sepi, mungkin yang berlalu lalang hanya pelayan yang ditugaskan untuk memasak dan membersihka rumah. Selebihnya ia tidak melihat kehadiran anggota keluarganya yang lain.
"Kau sudah datang?" Kegiatannya yang sedang memeriksa ponsel pintarnya teralihkan ketika suara lembut itu menyapa gendang telinganya. Suara yang sering kali di dengarnya hanya melalui pesan suara atau panggilan di ponsel.
"Ibu." Kim Bum beranjak dari duduknya dan menghampiri wanita paruh baya tersebut kemudian memberikan pelukan erat padanya. Sungguh Kim Bum sangat merindukan ibunya. Merindukan pelukannya dan merindukan masakannya.
"Ibu senang kau datang. Kau tahu, ibu sangat merindukanmu. Kau bilang akan sering mengunjungi ibu, maka dari itu ibu mengizinkanmu tinggal di apartemen. Tahu kau berbohong ibu tak akan mengizinkanmu pergi waktu itu."
"Maafkan aku ibu. Aku sedang mengerjakan bayak sekali tugas kuliah dan memang aku sedang sibuk. Tidak ada waktu senggang hanya untuk bersantai bagi mahasiswa semester tua."
"Bilang saja kau hanya mencari alasan untuk membela diri."
"Aku bicara fakta bu."
"Ya terserahlah, ibu tidak peduli. Oh ya, ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu. Ayo kita ke meja makan!" Kim Bum mengangguk kemudian berjalan beriringan dengan wanita cantik tersebut.
"Ayo makan, kau pasti sudah lapar. Ibu tahu kau tidak akan makan di luar karena kau pasti merindukan masakan ibumu ini."
"Insting seorang ibu memang kuat."
Mereka mulai menyantap makanan dengan khidmat. Keduanya saling bercerita banyak hal. Suasana makan malam tersebut terkesan hidup meski hanya dihadiri dua orang saja.
"Ibu." Panggil seseorang dengan suara lembutnya. Wanita paruh baya tersebut menghentikan suapannya ketika mendengar suara putrinya memanggil. Ny. Kim menoleh ke arah Kim Bum dan mendapati anaknya kini tengah menikmati makanannya tampak tidak terganggu sama sekali.
"Oppa pulang?" Sebenarnya pertanyaan itu tidak perlu ia tanyakan karena keberadaan Kim Bum di ruang makan itu merupakan jawaban nyata. Pertanyaan itu ia ajukan karena hanya ingin berbasa-basi, meskipun yakin pertanyaannya tidak akan mendapatkan jawaban. Ny. Kim melirik putra dan putrinya bergantian.
"Ada apa So Eun, duduklah! Kita makan bersama ya, oppamu baru saja datang. Ayo duduk dan makan bersama kami." So Eun menoleh ke arah Kim Bum yang masih menikmati suapan demi suapan makanan di piringnya.
"Maaf bu, aku tidak bisa makan malam bersama. Aku mau minta izin pada ibu untuk keluar sebentar."
"Mau kemana?"
"Mau pergi ke mini market di dekat sini. Aku ingin membeli beberapa keperluanku."
"Baiklah, hati-hati ya. Jangan pulang terlalu malam."
"Iya bu, kalau begitu aku berangkat." So Eun segera beranjak dari ruang makan tersebut.
Sebenarnya tidak ada niatan sama sekali dirinya akan keluar malam-malam seperti ini, tetapi karena sang kakak yang berada di rumah membuatnya memiliki ide seperti itu. So Eun tahu jika keberadaannya di rumah pasti membuat kakaknya kesal, maka dari itu dirinya memilih pergi. Ia akan pulang setelah beberapa waktu berada di luar rumah, yang penting tidak bertemu langsung dengan sang kakak.