Haii... apa kabar kalian? Semoga selalu sehat ya. Untuk teman-teman semua, terima kasih atas semua semangat dan doa kalian. Sudah hampir dan mungkin sudah 2 bulan aku tidak melanjutkan cerita ini.
Semoga kalian tidak bosan membaca cerita ini. Maaf kalau sudah membuat kalian menunggu terlalu lama. Mungkin aku sudah bisa kembali lagi untuk menulis, hanya saja membutuhkan waktu untuk memulihkan mentalku. Dari masalah kemarin, ada trauma yang sampai saat ini kadang masih terngiang-ngiang. Jadi mohon doanya aja, semoga aku bisa menyapa kalian, setidaknya seminggu sekali. Itu pun kalau aku bisa menulis dengan cepat. Karena mungkin memang ada beberapa part yang sudah selesai, tapi itu menurutku masih mentahannya, jadi perlu di revisi ulang.
Ah maaf sudah banyak bicara di atas. Selamat membaca, semoga kalian suka ya. Maaf kalau ada banyak typo.
######## HAPPY READING ########
Kim Bum menikmati coffe latenya seorang diri. Sebenarnya Seunggi dan Minho mengajaknya untuk bermain basket, tetapi dirinya menolak. Kim Bum mengatakan bahwa dirinya ingin segera pulang dan bertemu dengan kasurnya. Nyatanya dirinya saat ini sedang memyesap kopi sendirian di sebuah cafe minimalis.
Sejak pagi dirinya masih belum bertemu dengan So Eun. Mungkin gadis itu menghindarinya. Cukup membuatnya sedikit terkejut, ketika mengingat bahwa dirinya begitu banyak bicara kemarin malam. Meskipun semua kata-kata yang keluar dari mulutnya berpotensi menyakiti hati So Eun.
Kim Bum memicingkan netranya ketika tidak sengaja melihat siluet seseorang yang dikenalnya. Ia mempertajam pendangannya untuk memastikan jika dirinya tidak salah mengenali. Ada rasa marah dan juga sedikit rasa senang dalam hatinya. Entahlah perasaan apa itu, seperti permen nano-nano saja, begitu ramai rasa yang ditimbulkan.
Kim Bum mengepalkan tangannya. Wajahnya menunjukkan raut kekesalan. Ia menghampiri meja yang jaraknya tidak jauh dari meja miliknya. Ia langsung menarik bahu pria itu setelah memastika jika pria tersebut merupakan orang yang dikenalnya, Lee Junho.
Junho tampak terkejut dengan aksi tiba-tiba dari pria yang diketahui sebagai kakak dari teman barunya, Kim Bum. Entah kenapa Kim Bum tiba-tiba datang dan menarik bahunya sehingga harus membuatnya berdiri.
"Apa yang kau lakukan hah? Apa maksudmu melakukan itu, seperti tidak punya sopan-santun." Ucap Junho sebal karena aksi tiba-tiba dari Kim Bum. Di depannya juga berdiri seorang gadis dengan rambut sebahu yang menatap keduanya dengan pandangan penuh tanya. Apa yang sebenarnya terjadi antara Junho dan pria yang tidak dikenalnya ini?.
"Sopan-santun? Kau membicarakan sopan-santun denganku tanpa melihat apa yang kau perbuat sekarang?" Junho mengernyitkan dahi, tidak paham dengan pertanyaan yang diajukan oleh Kim Bum.
"Apa yang sudah aku lakukan hingga membuatmu melakukan ini padaku?"
"Kau dekat dengan Kim So Eun, tapi kau berani bermain di belakangnya seperti sekarang, eoh?"
"Tunggu! Sepertinya kau salah paham dengan hubungan kami. Aku memang dekat dengan So Eun, tapi bukan berarti kami memiliki hubungan khusus."
"Lalu, kenapa kau mengajaknya keluar hingga larut malam?"
"Aku ingin mengenalkannya pada seseorang. Kami bermain hingga lupa waktu, tapi aku mengantarnya hingga sampai di depan rumah kalian. Dan orang yang ingin aku perkenalkan pada So Eun adalah tunanganku, Lee Seyoung." Junho meraih tangan gadis yang bediri di sampingnya. Kim Bum menyembunyikan rasa terkejutnya dengan hanya memandang Junho dalam diam. Ada perasaan aneh yang menyusup hatinya, seperti ada seseuatu yang ingin menarik lengkungan bibirnya ke atas. Entah kenapa mengetahui Junho sudah memiliki pasangan, malah terasa lega baginya. Seakan dirinya terbakar amarah karena cemburu, dan kini dipadamkan oleh pengakuan Junho tentang statusnya. Cemburu? Benarkah kemarahannya kemarin karena cemburu pada pria di depannya ini? Benarkah rasa aneh yang selalu berusaha ia elak itu merupakan pengakuan dari rasa cintanya pada sang adik? Benarkah ia sudah mulai mencintai istrinya? Ia bingung harus mendefinisikan seperti apa perasaannya saat ini.