"Tidak, lepaskan aku. Aku mohon!"
"Kau pikir dengan kau memohon aku akan melepaskanmu begitu saja. Kau pikir dengan melihat wajah ketakutanmu aku akan iba? Tidak. Aku senang melihatmu seperti ini." So Eun menggelengkan kepala dan berusaha untuk lepas 78h6řď6u866d87à1So Eun sebisa mungkin untuk lolos dari kejaran jaerim, kalau tidak bisa-bisa dirinya akan mengalami hal yang sama ketika mereka sekolah dulu, sesuatu yang hampir membuatnya kehilangan segalanya.
So Eun terus berlari hingga tidak menyadari jika di depannya ada seorang pria yang sedang menerima panggilan. So Eun menabraknya hingga ponsel pria itu terjatuh pun dengan So Eun yang juga jatuh terduduk.
"Maaf kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit? Perlu ke rumah sakit?" Tanya orang itu beruntun. So Eun masih membersihkan tangannya yang kotor dan bergegas untuk berdiri.
"Maaf, maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrakmu. Ini salahku, maafkan aku." So Eun membungkukkan badannya untuk meminta maaf karena telah menabrak pria tadi.
"So Eun? Kau, Kim So Eun kan?" So Eun mendongakkan kepalanya melihat pria di depannya yang mengenalnya.
"Seunggi sunbae?" So Eun sedikit terkejut mengetahui jika seseorang yang ditabraknya merupakan sahabat Kim Bum
"Kau dari mana malam-malam begini?"
"Aku hanya ingin menghirup udara malam, tapi tadi sepertinya aku melihat sesuatu di semak-semak makanya aku lari. Maaf sudah menabrak sunbae. Apa sunbae tidak apa-apa?"
"Tidak. Aku baik-baik saja. Ini sudah malam. Aku antar kau ke rumah."
"Tidak usah sunbae. Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih untuk tawarannya."
So Eun berusaha menolak, karena tidak ingin merepotkan."Kau yakin bisa pulang sendiri? Bis dan taxi di jam-jam sekarang biasanya sudah jarang beroperasi. Apalagi halte dari sini masih lumayan jauh dan taxi juga jarang sekali melewati daerah ini, kau yakin masih bisa pulang sendiri?" Tanya Seunggi sambil melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya.
"Aku...aku.." sebenarnya So Eun juga tahu hal itu, tapi untuk diantar Seunggi rasanya sangat canggung. Ia tidak mau merepotkan.
"Tidak apa-apa aku antar kau sampai rumah. Ayo, sudah sangat larut." Akhirnya So Eun mengangguk menerima tawaran sahabat dari kakaknya tersebut. Seunggi mengantar So Eun hingga sampai di rumah gadis tersebut. Selama di perjalanan mereka tidak terlalu banyak bicara, memang keduanya juga tidak terlalu kenal.
So Eun hanya tahu jika Seunggi adalah sahabat kakaknya, begitu pun sebaliknya. Seunggi hanya mengetahui jika Kim So Eun merupakan adik dari Kim Bum.
"Sunbae, terima kasih sudah mengantarku. Maaf merepotkanmu."
"Tidak apa-apa, arah rumahku juga lewat sini. Jadi sekalian mengantarmu."
"Sunbae tidak mampir dulu, mungkin oppa masih disini." Ujar So Eun tidak terlalu yakin.
"Tidak usah, ini sudah larut. Masuklah dan istirahat."
"Sekali lagi terima kasih, sunbae." So Eun membungkukkan badannya kepada Seunggi yang tadi ikut turun. Seunggi membalasnya dengan senyum khas miliknya.
So Eun membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sudah sepi, mungkin semua orang sudah tidur, pikirnya. So Eun melangkah pelan, takut menimbulkan suara yang akan mengganggu istirahat penghuni rumah.
"So Eun." Gadis itu cukup terkejut dan sempat mematung di tempat. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan sang ibu yang sedang memegang sebuah gelas berisi air di genggamannya. So Eun menghela nafas lega karena orang yang memanggilnya adalah sang ibu.