Haii.. ada yang kangen gak??
Akhirnya bisa ketemu lagi di cerita ini. Maaf ya udah buat kalian nunggu lama banget. Soalnya emang laptopnya baru selesai.Yuk ramein lagi kolom komentar. Biar bisa upnya cepet2. Aku juga menyiapkan beberapa cerita. Jadi bingung mau nulis yang mana dulu.😅😅
###H A P P Y R E A D I N G G U Y S###
So Eun membuka matanya perlahan. Ia menatap sekeliling dan baru disadarinya jika tempat itu hanya diterangi cahaya lampu yang temaram. Ia mencoba untuk beranjak, tetapi tangan dan kakinya diikat disebuah kursi yang kini didudukinya, mulutnya pun kini disumpal oleh plaster. Apa yang sudah terjadi padanya? kenapa ia bisa berakhir seperti ini? siapa yang melakukan ini? banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya.
So Eun mencoba mengingat kembali hal yang ia lakukan hingga berakhir di tempat kumuh ini. So Eun menghela nafas ketika ingatannya hanya berakhir ketika dirinya di super market. Pagi tadi dirinya memang berniat untuk mengunjungi sang ayah di rumah sakit. Ia sudah berpamitan pada bibi Song, tetapi sebelum tiba di rumah sakit dirinya memang ke super market terlebih dahulu untuk membeli beberapa keperluan. Setelah ia keluar dari super market tersebut seseorang menabraknya dan membuat barang yang dipegangnya jatuh. Ia juga mengingat ada seseorang yang menbekap mulutnya dengan kain, setelah itu kesadarannya mulai direnggut, ingatannya hanya sampai pada kejadian tersebut. Ia tidak tahu kenapa dirinya berada di tempat ini.
So Eun memicingkan netranya ketika seseorang dengan perawakan tinggi berjalan menghampirinya. Jaerim menunduk menyamakan tingginya dengan So Eun. Ia memegang ujung plaster yang berada di mulut So Eun, kemudian melepasnya.
“Song Jaerim?” So Eun, terkejut ketika orang yang berada di depannya saat ini merupakan orang yang beberapa hari lalu mengancamnya.
“Senang karena kau mengingatku, So Eun.” Jaerim menarik kursi dan ditempatkan berhadapan dengan So Eun, “Kau terkejut karena berada di sini?” lanjut Jaerim dengan seringainya.
“Apa yang kau lakukan? Bukankah perjanjiannya satu minggu, ini bahkan belum satu minggu.” So Eun mencoba untuk tenang, meskipun di dalam hatinya ada ketakuan besar yang menyuruhnya untuk terus waspada. Tetapi apa yang harus dilakukannya dalam kondisi seperti ini, ia tidak berdaya.
“Memang belum satu minggu, tapi aku sudah tidak sabar. Aku berhak melakukan apa pun, karena ini permainanku.” Jaerim mengambil sebatang rokok, menyalakannya kemudian menghisapnya dan menghembuskan asap itu ke wajah So Eun dan membuatnya terbatuk.
“Sebenarnya sejak awal targetku bukanlah dirimu, hanya saja jika menggunakan kau sebagai umpan mungkin hal itu lebih efektif. Kau tahu ternyata Kim Bum sangat peduli padamu. Betapa khawatirnya ia mencarimu sejak pagi. Ada puluhan panggilan tidak terjawab darinya. Wah, ternyata dia juga bisa khawatir pada istrinya ya, padahal kalian menikah karena dijodohkan.”
“Apa maumu sebenarnya? Apa tujuanmu Jaerim?”
“Mauku? Tujuanku? Kau mau tahu? Tujuanku adalah Kim Bum, untuk membalaskan dendam adikku.”
“Balas dendam adikmu? Apa yang terjadi? Apa yang sudah Kim Bum oppa lakukan terhadap adikmu?”
“Ceritanya sangat panjang, tapi aku akan ceritakan itu padamu,” Jaerim membuang putung rokok dan menginjak bara apinya. Ia kembali duduk setelah tadi berbicara dengan So Eun dalam keadaan berdiri.
“Kim Bum, pria brengsek itu adalah alasan dari kematian adikku. Adikku adalah teman sekelas Kim Bum di bimbingan belajar. Adikku menyukai Kim Bum dan mereka cukup dekat. Semuanya berawal ketika adikku mengajak Kim Bum untuk makan malam. Kim Bum datang dengan mengajak seorang gadis dan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan kekasih. Padahal saat itu Kim Bum dengan jelas memgetahui perasaan adikku. Dan parahnya lagi, gadis yang bersama Kim Bum adalah sahabat baik adikku. Adikku sakit hati karena sudah dipermainkan Kim Bum, tapi ia masih berusaha untuk dekat dengan Kim Bum. Ia berusaha melupakan kejadian itu dan memaafkan Kim Bum, tapi semuanya hancur. Kim Bum sengaja mencium sahabat adikku di depannya dan mengatakan bahwa adikku tidak pantas untuk dicintai oleh kakak, ah tidak, Kim Bum adalah suamimu.” So Eun terperangah mendengar cerita itu dari Jaerim. Tidak mungkin Kim Bum melakukan hal itu. So Eun ingat memang benar Kim Bum pernah dekat dengan seorang gadis saat itu.