05. Bulan

306 19 0
                                    

Selamat Membaca....

Waktu telah menunjukkan pukul 00:00 jalanan sudah terlihat sepi dan sunyi. Para penghuni rumah rata-rata sudah beristirahat supaya keesokan pagi bisa mengawali hari dengan maksimal. Berbeda dengan ketiga remaja yang masih terlihat sibuk, mereka tengah di dalam sebuah mobil.

"Sumpah ini rencana bodoh Nan. Minimal gw harus ikut sama lu." Ucap Jessi yang tak percaya akan rencana yang dibuat Adnan.

"Gak usah, lu tunggu di mini market depan itu aja. Terus lu Shel stand by deket sini. Gw bakal hubungin lu kalo emang gw gak sanggup Jess."

"Psikopat gila."

"Shel! Tapi kan Nan undangan ini aja udah jelas jebakan buat lu."

"Iya gw tau akan hal itu, tapi lebih baik mengorbankan satu pilar kan daripada harus mengorbankan semuanya."

Jessi dan Ashel terdiam tak percaya kalimat itu keluar dari diri seorang pembunuh. Jessi masih tetap tak setuju dengan rencana ini dia masih berdebat dengan Adnan.

"Sejak kapan lu peduli sama gw? Kalian juga kepaksakan temenan sama gw?"

Perkataan barusan seperti pisau yang menusuk tepat pada jantung mereka berdua. Jessi dan Ashel memang menganggap Adnan hanya sebagai partner tak lebih.

"Lagipula gw juga udah gak punya tujuan lagi di dunia ini, jadi jaga diri kalian gw berangkat dulu."

Adnan langsung keluar dari mobil tersebut dan langsung pergi menuju tempat awal dia bertemu dengan Seven.

"Ci...kenapa air mata gw keluar ya?"

"Berisik!" Jessi juga langsung pergi keluar dari sana dan menutup kasar pintu mobil tersebut.

"Lu juga nangis kan ci?"

Kembali ke Adnan yang kini telah sampai di tempat itu dan langsung memakai topeng ciri khasnya. Hp milik Adnan berbunyi dan menampilkan sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal. Pesan itu hanya berupa sharelock saja, Adnan tau itu pesan dari siapa dirinya langsung bergegas menuju lokasi itu.

Sesampainya disana Adnan langsung masuk ke sebuah bangunan tua yang sepertinya bekas pabrik yang sudah tak terpakai. Di dalam sana Adnan langsung disuguhi oleh seorang perempuan yang tengah diikat disebuah kursi dan mulutnya yang dilakban. Adnan sama sekali tak melihat keberadaan Seven disini.

"Terima kasih telah memenuhi undangan dari gw Rabitz."

Adnan terkejut bukan main dan langsung melompat menjauh dari Seven yang secara tiba-tiba muncul disamping dirinya. Adnan langsung mengeluarkan sebilah pisau dia bersedia apabila tiba-tiba Seven melakukan serangan.

"Hei hei hei calmdown. Gw disini cuma mau ngobrol sama lu."

"Maksud lu apa minta gw kesini?" tanya Adnan yang masih waspada.

"Gw cuma mau menawarkan sesuatu ke lu."

Adnan bingung penawaran seperti apa yang Seven maksud?

"Oke gw to the point aja...apa lu mau bergabung dengan kami Wild Devil?"

Adnan terkejut mendengar penawaran Seven barusan.

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang