11. Insiden

248 12 2
                                    

Selamat membaca...
------------------

Sedikit demi sedikit kecurigaan yang timbul mulai terungkap. Siapa sangka organisasi itu tak hanya sekedar kumpulan para pembunuh? Ternyata di dalamnya juga terdapat orang-orang berpengaruh.

Kecurigaan Adnan soal insiden kemarin juga sudah terjawab. Komplotan Lulu sebelumnya sudah bekerja sama dengan beberapa oknum dari kepolisian. Mereka sudah menyusun rencana untuk melumpuhkan Adnan.

Saat ini Adnan benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkan ini semua, belum lagi dia juga harus memikirkan masalah Jessi.

Flashback On

Setelah selesai melakukan diskusi Adnan pamit pulang duluan. Jaya sempat menawarkan tumpangan, tapi  Adnan tolak karena kondisi Jaya.

Secara tiba-tiba Jessi mengantarkan dirinya hingga ke bawah. Ini tidak seperti biasanya. Di dalam lift mereka berdua hanya saling diam. Adnan ingin sekali membuka obrolan, tapi dia takut memperburuk suasana.

"Makasih ya udah repot-repot gini ampe nganterin gw ke bawah." ucap Adnan.

Mereka berdua sudah berada di luar apartemen. Jessi tetap diam tidak menanggapi perkataan Adnan.

"Yaudah gw..."

"Tunggu."

Jessi menatap Adnan. Raut wajahnya berubah menjadi serius. Adnan sangat yakin Jessi ingin mengatakan sesuatu tentang kejadian tadi.

"Cukup. Lu semua gak usah ikut campur urusan keluarga gw lagi."

Adnan menatap lekat mata Jessi. Tiba-tiba Rifal bangun dan memberi tahu nya sesuatu.

"Orang tadi adalah penyebab dari semua penderitaan yang dia rasakan Nan."

Adnan kembali berjalan mendekati Jessi.

"Apa arti kata teman menurut lu?"

"Apa maksud lu?"

"Lu waktu itu pernah bilang kalo mau jadi teman gw, jadi arti dari kata teman yang lu maksud itu apa?"

Jessi terdiam. Dirinya juga tak tau pasti arti kata itu. Jessi sejak kecil juga hidup dalam kesepian, baru akhir-akhir ini saja hidupnya terlihat berwarna.

"Gw juga gak tau, tapi kalo menurut gw teman adalah orang yang bisa nerima lu apa adanya. Saat lu berada di dekatnya lu merasa aman dan nyaman."

"Lu merasakan itu di diri gw?"

Jessi menganggukkan kepalanya.

"Kurang lebih gw juga ngerasa hal yang sama, maka dari itu gw gak mau liat lu terluka. Terlebih lagi orang yang nyakitin lu adalah orang yang seharusnya menyayangi lu."

"Tapi Nan gw gak mau kalian terluka karena gw! Gw gak mau jadi anak pembawa sial untuk kesekian kalinya."

Jessi sudah tak kuasa menahan air matanya lagi. Emosi yang sedari tadi ia tahan mulai tumpah. Jessi kecewa dengan dirinya sendiri. Dirinya sangat lemah. Dia tidak bisa melindungi sesuatu yang berharga dihidupnya saat ini. Seandainya dia kuat pasti dia sudah....

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang