19. Mama

199 15 2
                                    

Selamat membaca...

----------------

Sebelumnya...

"Kenapa sama masa lalu gw?"

"Sabar. Kita flashback ke kejadian kita sekarat dulu."

"Pas kalah sama Seven?"

"Ya, Cindy bilang kalo seharusnya kita lupa ingatan atau amnesia kan?"

"Iya dia ngomong gitu, tapi katanya dia gw kuat karena gak ngalamin itu."

"Itu salah."

Adnan mulai gelisah, entah kenapa badannya bereaksi setelah mendengar penuturan dari Rifal.

"Hah? Maksud lu?"

"Jauh dari insiden kita kalah dari Seven, lu udah menderita lupa ingatan Nan."

----------------

"Gw lupa ingatan? Hahaha lucu banget lu, yakali gw lupa ingatan Fal."

"Apa yang lu inget dari keluarga lu?"

Adnan segera menceritakan semua yang ia ketahui. Dia menceritakannya dengan lancar dan percaya diri. Adnan menganggap kalau Rifal hanya mengada-ngada saja.

Adnan masih mengingat semua. Kenangan manis sampai kenangan pahit. Sebenarnya kenangan pahit itu lebih dominan di kehidupannya. Kedua orang tuanya dulu sering sekali berantem. Bahkan kadang sang papa tak segan-segan melakukan kekerasan.

"Hanya itu?"

"Ya itu doang."

"Terus semua bekas luka yang ada di sekujur tubuh lu, itu darimana?"

Itu merupakan salah satu rahasia yang disembunyikan Adnan dari teman-temannya. Itu alasannya kenapa Adnan selalu paling terakhir mengganti baju saat jam olahraga.

"Ya jelas gara-gara lu bikin ulah gila!"

"Oke. Gw udah gak ragu lagi. Lu masih nyimpen kunci kamar orang tua lu?"

"Wait, buat apa? Lu mau gw nginget trauma itu lagi?"

Ekspresi Adnan mulai berubah. Dirinya terlihat emosi. Tangannya sudah mengepal keras, tapi sebisa mungkin dia menahan emosi itu.

"Lebih dari itu. Kalo lu mau memperbesar peluang buat menang lawan mereka. Lu harus tau semuanya dan berdamai dengan itu semua."

"Lu ngomong apaan sih, gw gak ngerti!"

"Lu bakalan ngerti dan paham setelah masuk ke kamar itu Nan. Pada kamar itu pula ada benda titipan buat lu."

Adnan menghela nafasnya. Dia memilih mengalah. Sejujurnya dia juga penasaran dengan semua maksud perkataan Rifal barusan. Salah satu cara untuk mengerti, ya mengikuti semua perintahnya.

Adnan mengambil kunci yang telah lama ia sembunyikan. Sejak kematian sang Papa dan sang mama yang di penjara, Adnan enggan untuk membuka kamar tersebut.

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang