09. Berkunjung

218 12 0
                                    

Selamat membaca...

Pistol itu sudah mengarah tepat ke kepala gadis itu. Hanya tinggal menarik pelatuknya gadis itu sudah pasti akan tewas di tempat, namun hal itu gagal. Kedua tangan Adnan langsung dikunci dari belakang oleh Jaya.

"Balikin Adnan!"

"Ouuh lu udah tau siapa gw? Lebih baik lu fokus ama orang yang ada dibelakang lu."

Jaya langsung melepaskan kunciannya. Dia dengan cepat berbalik dan mengangkat tinggi-tinggi kakinya. Tendangan itu tepat mengarah ke kepala orang yang dimaksud oleh Rifal. Sejak tadi Adnan sudah dikendalikan oleh Rifal. Jaya dan orang-orang yang menyerang sama sekali tidak tau kalau Rifal bisa kapan saja keluar. Mereka semua hanya tau Rifal akan keluar jika Adnan menjentikkan jarinya saja.

"Wow topengnya sampai rusak begitu. Boleh juga tendangan lu, tapi bukannya alangkah lebih baik lu gunain pistol yang lu dapet tadi?"

"Gw gak kayak lu yang pemikiran pendek."

Rifal tertawa mendengar ejekan yang dilontarkan Jaya barusan. Baru kali ini ada orang selain Adnan yang mengejek dirinya secara langsung.

"Berani juga lu. Apa lu gak liat gw megang barang apa?" ucap Rifal yang kini telah mengarahkan pistol nya ke Jaya.

"Gw percaya Adnan gak bakal biarin lu nembak gw."

Ditengah pertikaian mereka berdua, gadis yang tadi mulai pasrah kembali melihat sebuah harapan. Ada sedikit celah untuk kabur dari sini, namun baru saja ia memulai gerakan Rifal dengan cepat mengarahkan kembali pistol nya ke gadis itu.

"Kalau lu berpikir punya kesempatan buat kabur sebaiknya segera lupakan. Gw ama orang di depan gw ini gak bakal lepasin lu mau itu hidup atau mati."

Gadis itu kembali terdiam pasrah dengan keadaan yang menimpa dirinya saat ini.

"Fal cukup sekarang tuker sama gw."

"Terus cewek ini mau lu apain?" tanya Rifal.

"Gw ada rencana biar cewek ini dibawa ke apart Jessi."

"Oi gw gak salah denger? Kalau dia ngelakuin hal gak terduga gimana?"

"Bawel lu! Nanti gw jelasin di rumah. Cepet tuker!"

Rifal hanya bisa menuruti kemauan Adnan. Rifal menjentikkan jarinya dan Adnan kembali mengambil alih tubuhnya.

"Jay telpon Jessi. Suruh dia kesini sama Ashel."

"Gw gak sudi disuruh-suruh sama lu!"

"Ini gw Adnan weh!"

Jaya terkejut. Dirinya mengira Rifal yang menyuruh barusan. Jaya hanya cengengesan dan segera menelpon Jessi.

Adnan melihat keadaan sekitar. Dia masih merasa janggal dengan keadaan sekitar yang tiba-tiba sepi, padahal sewaktu berangkat masih terlihat cukup ramai. Keheranannya bertambah karena tadi Rifal menembakkan beberapa peluru. Suaranya sangat keras, tapi sama sekali tak ada orang terganggu.

"Haduuuh seragam gw jadi kotor banget, mana kacamata gw juga kena darah juga." gumam Adnan sambil membersihkan kacamatanya.

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang