08. Incaran

270 16 0
                                    

Maaf telah menghilang lumayan lama hehehe. Semoga masih bisa terhibur dengan cerita ini.

Selamat membaca....
---------------

Sudah beberapa hari ini Adnan telah kembali dari rumah sakit. Lebih tepatnya dia memaksa untuk pulang, alasannya adalah Adnan yang sudah tak betah berada di rumah sakit sendirian. Sesaat sudah kembali dan sudah beberapa hari di rumah, rasa bosan mulai kembali hinggap pada dirinya. Tepat pada hari ini dirinya memutuskan untuk nekat pergi ke sekolah tanpa sepengetahuan Jessi dan Jesslyn tentunya.

"Lu punya masalah apa sih? Bukannya enak ya di rumah?" tanya Jaya yang menjemput Adnan tadi. Kini mereka berdua tengah berada di kantin.

"Bosen gw. Bayangin dah lu di rumah bareng sama anak setan."

"Bangsat lu ngatain gw!" ucap seseorang yang hanya bisa didengar oleh Adnan.

"Kenapa? Gak terima?"

"Lu lagi ngobrol ama Rifal?"

Adnan menganggukkan kepala. Jaya masih menganggap hal ini adalah hal yang tak nyata. Sedikit dibenaknya memikirkan ada kemungkinan temannya ini mengalami gangguan jiwa. Dirinya sangat penasaran apa perbedaan ketika Rifal mengambil alih tubuh Adnan.

"Nan lu ingetkan ini di sekolah? Jaga sikap lu."

"Iye-iye maaf."

"Terus lu ngapain itu bawa squishy ke sekolah?"

"Buat gw latihan."

Jaya bingung maksud dari kata latihan yang Adnan ucapkan. Sejak Jaya menjemputnya dia sudah meremas-remas squishy yang Jaya berikan waktu Adnan masih dirawat. Pada saat itu Adnan memang titip beberapa barang untuknya. Salah satu barang tersebut adalah squishy itu.

Kala mereka berdua tengah asik mengobrol, secara mengejutkan datang seseorang yang langsung menarik telinga mereka berdua. Orang itu adalah Jessi. Tak usah dijelaskan ekspresi Jessi saat ini ya.

"Kenapa lu ada disini hah!"

"I-itu Jaya minta gw berangkat. Katanya dia kesepian."

Jaya hanya bisa menganga setelah mendengar penuturan yang jelas-jelas bohong dari Adnan, tapi sialnya Jessi percaya dan langsung menyeret Jaya ke kelas dengan cara tetap menarik telinganya.

+++++++++++++

Kini Adnan tengah mengikuti pembelajaran. Adnan tidak sama seperti awal dia mendapat luka pada tangannya. Sekarang dia memutuskan untuk tetap mencatat dengan tangan kirinya.

Timbul rasa prihatin dari seorang Jaya. Ya dia prihatin....dengan tulisan Adnan. Tulisannya hampir mirip dengan tulisan resep atau surat dari dokter.

Bel berbunyi, tanda pelajaran akan berganti. Pada hari ini kelas Adnan mempunyai jam olahraga. Awalnya Adnan diminta untuk tidak mengikuti jam ini, tapi Adnan bersikukuh untuk tetap mengikutinya. Adnan menganggap ini waktu yang tepat untuk tangan kirinya untuk latihan lebih.

"Lu batu banget sih, dibilang jangan ikut dulu! Nanti kalo lu kenapa-kenapa gw yang kena omelan Jessi." bisik Jaya.

"Gw gpp Jay. Gw gak selemah itu."

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang