Epilog

132 15 5
                                    


Beberapa bulan kemudian...

Liburan semester pun tiba. Banyak orang menghabiskan waktunya untuk sekedar bersantai di rumah ataupun pergi jalan bersama orang yang disayang.

Pernyataan kedua mungkin yang bisa menggambarkan mereka berdua saat ini.

"Maaf aku cuma ngajak kamu ke taman deket rumah mu mulu. Aku cuma masih khawatir ama luka-luka mu yang baru sembuh."

"Iya gpp kok kak. Aku juga udah seneng kok. Justru aku malah ngerepotin kamu."

Aktivitas ini memang dilakukan rutin oleh mereka. Sekedar melihat keindahan taman dan juga para orang tua mendampingi anaknya bermain.

"Luka di perutmu gimana kak?"

"Hmm udah sembuh sih, cuma masih sedikit nyeri doang."

"Jangan pernah lakuin itu lagi ya."

Flashback....

Mira sudah tepat berada di depan Vian. Dia merasa iba dengan keadaan Vian sekarang.

"Pembunuh kok cengeng."

Vian tersadar dan melihat ke arah Mira.

"Berisik! Kenapa lu masih di sini?

"Udah pake gw lu nih?"

Vian terdiam.

"Lucu ya gelangnya. Aku jadi kepengen."

Vian masih terdiam. Dia tak berani menatap gadis itu terlalu lama.

"Kamu mau aku mati?"

Vian terkejut mendengar omongan Mira barusan.

"Kalo emang itu mau kamu, akan aku lakuin. Tapi janji, setelah ini kamu keluar dari organisasi itu."

"Gak, aku gak bermak..."

Terlambat...ntah dari mana Mira mendapatkan sebuah pisau. Mira jatuh di atas tubuh Vian.

Flashback end...

"Ya kan emang kamu niatnya bunuh aku kan?"

"I-iya sih tapi..."

"Kamu udah siap jelasin semua?"

"Saat itu papa ku mendadak ada urusan. Dia bilang urusan pekerjaannya. Aku tak terima waktu libur papa ku diganggu seperti itu. Aku sembunyi-sembunyi masuk ke dalam mobilnya, tepatnya masuk di bagasi mobil."

"Ketika sudah sampai, tiba-tiba papa membuka bagasi. Beruntungnya aku gak ketahuan. Papa terlihat tergesa-gesa sambil membawa tas yang cukup besar, dia bahkan lupa menutup bagasinya."

"Alhasil aku juga keluar dari sana dan mengikutinya. Dia masuk ke dalam gang sempit. Aku melihat dia sedang berbicara oleh sekumpulan orang. Papa melempar tas itu dan ternyata isi dari tas itu adalah kumpulan uang."

"Aku terkejut melihat itu, akan tetapi terkejut ku tak selesai sampai di situ. Papaku ditusuk oleh salah satu orang, tepat di jantungnya. Setelah melakukan itu mereka kabur sambil membawa tas itu. Aku terdiam....a...ak..u"

Vian tak kuasa untuk kembali mengingat kejadian tersebut. Kejadian di mana dia harus menyaksikan papanya mati.

Mira langsung memeluk Vian. Dia mencoba menenangkan kembali Vian.

"Ma-maaf aku jadi nangis kak."

"Gpp, kalo emang kamu gak kuat buat lanjutin gak u..."

"Singkat cerita, timbul rasa dendam di hati ku. Aku mulai mencari identitas orang yang membunuh papa ku. Sampai suatu saat, aku tak sengaja bertemu dengan Zero."

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang