15. Melawan Diri Sendiri

282 14 0
                                    

Selamat membaca...
---------------

Hari sudah mulai sore. Keadaan rumah Adnan nampak sepi jika dilihat dari luar. Lebih tepatnya Adnan ada di dalam, tapi dia mengurung diri. Adnan sudah membulatkan tekadnya. Dia mengambil resiko itu demi memperbesar peluang mereka menang melawan organisasi itu.

Keadaan di dalam rumah kini benar-benar berantakan. Beberapa barang tidak sesuai tempatnya, bahkan ada beberapa barang yang rusak dan tergeletak begitu saja di lantai.

"Hah...hah...hah..."

Posisi Adnan kini berada di depan wastafel. Barusan dia membasuh wajahnya. Keadaan Adnan sudah berantakan. Keringat pun sudah bercucuran di wajah dan juga disekujur tubuhnya, hingga membasahi kaosnya. Kaosnya kini sudah tergelatak di lantai karena sudah basah.

Adnan melihat telapak tangannya. Tangannya kini tak mau berhenti bergetar. Dia sama sekali tidak menduga akan sesusah dan separah ini.

"Trauma itu masih ada di dalam diri lu Nan."

"Berisik! Gw bakal tetep kesana apapun resikonya!"

Setelah mengatakan itu, Adnan jatuh terduduk. Ternyata tak hanya tangannya saja, kakinya juga bergetar hebat.

"Gw coba lagi."

"Istirahatlah dulu."

"Gw gak punya waktu buat itu."

Adnan kembali bersiap. Dia duduk bersila dengan tegak dan langsung menutup matanya untuk berkonsentrasi. Potongan-potongan masa lalu itu kembali hadir dan berputar tepat di hadapannya. Benda terjatuh, teriakan, tangisan dan rintihan terdengar jelas di kuping Adnan. Tidak sampai disitu, potongan masa lalu itu terputar. Matanya seperti terkunci, dia harus melihat mamanya menderita.

Nafasnya mulai terasa berat kembali. Keringat dingin mulai mengucur kembali.

"Gw gak boleh gagal. Berpikir Nan!" batinnya.

Adnan memutar otak dan memikirkan hal-hal yang sedari tadi ia rasakan.

"Ketakutan, keringat dingin, dan sesak nafas. Berarti..."

Adnan langsung menarik nafas dan juga mengeluarkannya. Kegiatan itu ia lakukan berulang. Kemudian, Adnan mulai bisa menutup matanya dan kembali berkonsentrasi. Perlahan suara tadi mulai berganti. Tiba-tiba ada suara memanggil dan Adnan seperti kenal suara ini.

"Suara ini?" Adnan langsung membuka matanya.

"Lu kenapa sih? Ini suara gw njiir!"

"Jaya."

Adnan langsung melihat sekelilingnya. Teman-temannya semua berada disini, bahkan Jesslyn dan Mira.

"Kakak sekarang udah gak sendirian lagi."

Adnan tersadar suara itu bukan berasal dari teman-temannya. Tiba-tiba ada sosok anak kecil jalan ke arah Adnan berdiri.

"Ayo ikut aku kak." katanya sambil mengulurkan tangannya.

Adnan merasa kalo anak ini ingin dirinya ikut bersamanya, tapi dia ragu. Adnan sama sekali tidak tau anak ini. Anak ini terlihat aneh. Adnan bisa melihat wajah teman-temannya dengan jelas, tapi hanya wajah anak ini yang terlihat blur di matanya.

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang