28. Bangkitnya Sang Petir

130 12 0
                                    


Selamat membaca....
------------------

Jaya sudah kembali berdiri dan bersusah payah berjalan. Memang bukan kakinya yang bermasalah, tapi tangan dan bagian rusuk kanannya terasa sakit kalau terlalu banyak gerak.

Ini bukan saatnya beristirahat. Masih ada temannya yang perlu dibantu. Twelve saja kekuatannya sudah seperti itu, apalagi Eleven. Itulah yang dipikirkan nya saat ini. Memang Adnan jauh lebih kuat daripada dirinya, tapi terkadang Adnan terlalu baik.

'Bukannya ada Rifal?' ya memang ada, tapi Jaya masih merasa ada kemungkinan kecil Rifal akan berkhianat.

"Adnan!"

"Rubies!"

Dua suara dari dua makhluk berbeda. Teriakan itu sudah jelas berasal dari Jaya dan Zack. Teriakan barusan mengalihkan pandangan Adnan dan Gita, yang membuat mereka berhenti beberapa saat.

Tanpa diduga-duga Jaya justru menyerang Adnan. Untungnya Adnan sigap untuk menghindar.

"Woy maksud lu apa nyerang gw anying!"

"Bukan gw Nan, pedang gw."

Adnan bingung maksud perkataan Jaya tersebut. Kebingungannya itu sirna ketika Jaya kembali mengayunkan pedangnya. Sekarang Adnan menahan serangan tersebut.

"Maksud lu apa nyerang Rubies!"

Adnan terkejut mendengar bentakan itu. Jaya sama sekali tidak membuka mulutnya.

"Njiir pedang lu bisa ngomong?"

"Nah itu maksud gw, pedang gw yang nyerang lu. Zack berhenti, biar gw jelasin."

"Gak bakal gw kasih ampun, karena lu udah nyerang Rubies."

"Bukan gw yang nyerang, justru dia yang nyerang gw." Jelas Adnan.

Seketika Jaya kembali bisa mengendalikan Zack.

"Hah?"

"Orang yang disana ama senjata yang lu panggil Rubies, mereka yang bikin kerusakan ini semua."

"Bener Jay?"

"Iya, makanya jangan nyerang sembarangan dulu. Ini temen gw Adnan."

"Ouuuh.....oke, maaf ya bro Adnan."

Adnan hanya bisa menganga melihat kejadian absurd ini. Dia diserang Jaya, Pedang bisa bicara, dan pedang itu meminta maaf. Kejadian macam apa ini?

Sementara mereka yang sedang berdebat. Gita mengambil posisi untuk menyerang kembali.

"Git jangan nekat! Lu bisa..."

"Ini cara satu-satunya. Energi gw udah habis, tubuh gw udah terlalu banyak luka dan sebentar lagi pagi. Gw benci dengan yang namanya kalah. Kalo emang gw gak bisa menang, gw bakal paksa hasilnya menjadi seri."

Kalau sudah begini Rubies sudah tak bisa apa-apa lagi. Dia hanya bisa menuruti perkataan partnernya itu.

Warna mata Gita kini kembali berubah. Sabitnya juga mulai ia ayunkan. Dia mengayunkan sabitnya kesana kemari secara beraturan. Adnan dan Jaya menyadari itu, mereka kembali bersiap. Anehnya tak ada sama sekali serangan yang muncul tiba-tiba. Sampai mereka menyadari beberapa benda disekitar mereka mulai terhisap ke arah Gita.

Two Sides : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang