09 | Kita?

289 47 44
                                    


Jauzan mengendarai mobilnya asal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jauzan mengendarai mobilnya asal. Pandangannya sesekali terlempar ke kaca di sampingnya, lalu menatap jalanan di depannya lagi. Menatap jam di mobilnya. Melihat pemandangan di kaca sampingnya. Jam. Kaca. Jalan. Begitu seterusnya, hingga matanya melihat seorang gadis yang tampak tengah menyeberang hampir tertabrak olehnya, kalau saja ia tak menginjak rem cepat-cepat.

Laki-laki itu memukul stir mobilnya, kemudian menelungkupkan wajah di stir mobilnya. Jantungnya berdegup kencang. Untung saja kakinya masih bisa mengerem dengan cepat. Kalau tidak, mungkin ia sudah menabrak gadis itu.

"Permisi! Kalau sedang menyetir mobil itu tolong pakai mata, Tuan?! Kalau tadi saya mati, gimana tuh?" suara seorang gadis yang terdengar kesal. Gadis itu menatap Jauzan lewat kaca di sampingnya yang terbuka lebar. "Permisi?!"

Jauzan mencengkram stir mobilnya mendengar suara itu–lagi. Kepalanya mendongak cepat ke arah gadis itu. Membuat gadis itu sedikit tersentak kaget.

"Kak—Jau—zan?" ucap gadis itu tersendat. Gadis itu kemudian menatap seragam sekolah Jauzan yang masih menempel di tubuhnya. Ia yakin benar laki-laki ini belum pulang ke rumah sejak pulang sekolah tadi.

Jauzan malah terdiam. Sibuk menatap tajam gadis itu, lalu pandangannya terarah menuju kantung plastik besar berisi makanan dalam genggaman Amara.

"Masuk lo."

"Ya?" gadis itu membelalak.

"Buruan masuk, gue nggak punya banyak waktu."

Gadis itu hanya bisa menurut, kemudian berputar mengitari mobil Jauzan dan duduk di bangku samping pengemudi. Matanya terus saja menatap lekat Jauzan. Gadis itu tersentak begitu Jauzan menyalakan mesin dan menginjak pedal gas, melajukan mobilnya cepat.

"Kak, mau nyulik aku?"

"Kepedean banget lo."

"Kenapa tuh?"

"Dengerin, ya. Enggak ada gunanya juga nyulik cewek bego kaya lo, Am. Mungkin, kalau gue minta tebusan, enggak akan ada yang mau bayar tebusannya deh."

"Eh?! Tolong agak dijaga omongan lo, ya, Kak."

"Lo?" ulang Jauzan. "Enggak sopan banget lo gitu ke kakak kelas lo. Gue enggak ngizinin ya lo ngomong kaya gitu ke gue."

Amara terdiam mendengarnya, terlalu malas menanggapi perdebatan ini. Gadis itu kemudian menyandarkan punggungnya dan matanya memandang pemandangan di hadapannya. Membuat suasana mobil sepi sekali.

Jauzan meliriknya, "Diem gitu kan enak liatnya."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang