03 | Fakta Pertama

363 63 17
                                    

SMA Garuda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Garuda

"Lo sinting banget sih, Ra," ucap seorang gadis sembari menatap Amara. Sedangkan Amara hanya menatapnya bingung, seolah mengatakan 'apa maksud lo.'

"Ya, lo sinting. Berani banget lo telat di hari pertama masuk sekolah. Untung aja tadi kakak kelas ganteng bantu lo. Kalau enggak, yakin deh gue, lo bakal habis diceramahin sama Bu Rita," jelas gadis itu.

"Apaan sih lo, Rin. Sekarang malah lo yang ceramahin gue," keluh Amara dengan nada merajuk. Karina tertawa, kemudian menoleh cepat ke arah penjual makanan ringan di hadapannya.

"Pesan apa, Neng?"

"Pisang molen, Pak. Dua porsi," ucap Karina, kemudian pria itu mengangguk dan langsung memberikan dua porsi pisang molen yang diletakkan di atas piring kertas. Karina menerimanya, memberikan satu piringnya pada Amara dan membayarkan uang pada penjual itu.

Mereka berdua keluar dari barisan antrean itu dan mencari tempat duduk.

Amara mengerjap. "Eh, itu disana kosong! Ayo, Rin!" ucap Amara bersemangat sembari menarik tangan Karina.

Saat gadis itu hendak duduk di bangku itu, tiba-tiba saja di hadapannya juga ada laki-laki yang duduk bersamaan dengannya.

Amara mendengus menatap laki-laki itu, kemudian menunjuknya tepat di wajah. Sedangkan Karina, gadis itu malah berdiri di belakang Amara dan sibuk memperhatikan laki-laki yang duduk di depan Amara itu.

"Jadi, nih ya, Kak, aku dulu yang nempatin tempat ini. Jadi, aku minta tolong Kakak cari yang lain ya? Terima kasih," ucap Amara dengan nada selembut mungkin.

Ia tahu laki-laki di hadapannya itu adalah kakak kelasnya dan di pagi hari begini ia benar-benar tidak mau mencari ribut. Apalagi ia siswa baru di sekolah ini.

"Lah? Apa gue nggak salah dengar? Lo nyuruh gue pergi? Eh, gue duluan yang duduk di sini," protes laki-laki itu dengan wajah kesal. Suaranya yang mendadak meninggi itu membuat Amara sedikit emosi.

"Aku duluan yang duduk di sini. Seharusnya Kakak yang pergi, bukan aku."

"Eh! Anak baru udah berani cari masalah ya, lo?" ucap laki-laki itu.

Amara menekuk wajahnya, "Kakak yang cari masalah. Nggak mau. Aku nggak mau pindah dari tempat ini," ucap Amara kemudian menoleh ke belakang, "Duduk aja, Rin."

Karina tersadar, kemudian duduk di samping Amara.

"Lo ini keras kepala ya. Udah gue bilang gue duluan. Lo seharusnya yang minggir," ucap laki-laki itu lagi. Amara menggigit pisang molennya dan memandang laki-laki di depannya.

"Gabung aja kalau nggak mau pergi, Kak?" tanyanya datar.

"Astaga, kurang ajar banget ya, lo," dengus laki-laki itu.

"Udah minggir aja, Ndo," ucap seorang laki-laki lain sembari menepuk bahu laki-laki yang duduk di depan Amara yang bernama Nando itu. Nando mendongak, menatap laki-laki yang menepuk bahunya kemudian mendengus, lalu bangkit berdiri.

AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang