10 | Awal Pertempuran

257 45 20
                                    


Amara bersenandung pelan seusai keluar dari kamar mandi dalam kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Amara bersenandung pelan seusai keluar dari kamar mandi dalam kamarnya. Akhir-akhir ini rasanya gadis itu harus bersyukur sebesar-besarnya pada Tuhan, karena sikap Jauzan padanya yang sama sekali tidak bisa diduga.

Kali ini, gadis itu menggulung rambut panjangnya, kemudian berjalan hendak menutup pintu kamarnya, namun tiba-tiba matanya memincing mendengar suara seperti barang berjatuhan.

Buru-buru, Amara keluar dari kamarnya dan mencari-cari asal suara itu.

Amara memandang pintu kamar Devan dengan tatapan tak percaya. Suara barang jatuh itu berasal dari sini. Kamar Devan.

Dengan gerakan cepat, Amara membuka pintu kamar Devan. Ia takut jika terjadi hal yang tidak-tidak dengan laki-laki itu.

Amara membelalak, mulutnya terbuka dan kemudian tangannya terangkat menutup mulutnya. Pemandangan di depannya tak pernah sekalipun terpikirkan di otaknya.

Devan berdiri di depan kaca rias besar yang bagian tengahnya sudah pecah. Tangan kanan Devan yang terkepal mengeluarkan darah, sedangkan wajah laki-laki itu tampak frustasi.

Amara mendekat perlahan sembari matanya memandang setiap sisi kamar Devan yang cukup berantakan. Foto-foto pigura yang terpajang di meja sudah berserakan dengan sisi terbalik. Beberapa lagi jatuh ke lantai dan menyebabkan adanya pecahan-pecahan kaca.

"Bang, lo kenapa?" tanya Amara lembut sembari menyentuh bahu Devan dengan tangannya yang sedikit bergetar. Ia tak pernah melihat seorang Devan yang sekacau ini.

"Dia lebih milih cowok itu dibanding gue, Ra."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang gadis cantik dengan balutan sweater kebesaran berwarna abu-abu tua itu berjalan santai di trotoar jalan. Matanya sibuk memandangi pemandangan kota Seoul di malam hari.

Mendadak kakinya yang berbalut sepatu kets rasanya seperti menginjak sesuatu. Gadis itu mengangkat kakinya dan mengernyit mendapati sebuah kalung berada di sana.

Gadis itu menunduk, mengambil kalung dengan liontin matahari itu dan memperhatikannya.

"Ini kalung sengaja dijatuhin apa gimana deh?" gumam gadis itu. Matanya mencari-cari sesuatu di sekitar kakinya, dan ia menemukan sebuah kotak hitam yang sudah tidak berbentuk.

AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang