05 | Sandiwara

320 64 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak Rei?" ucapnya refleks.

Terang saja ucapannya dengan suara lumayan keras itu membuat orang-orang di sana menatapnya aneh. Apalagi Amara juga berdiri paling depan, menyebabkan banyak orang mendengar ucapannya.

Reifan menoleh, menatap gadis yang tadi menggumamkan namanya. Matanya membulat, "Amara?"

Seketika itu juga, Reifan meninggalkan Jauzan dan beralih menghampiri Amara, menatap wajahnya dengan teliti, kemudian menariknya pergi dari kerumunan orang-orang itu.

Lagi-lagi membuat mereka semua bingung dengan kelakuan Reifan itu.

Jauzan menatap tajam Reifan yang menjauh dengan satu tangannya yang menggenggam tangan Amara. Tangannya terangkat kemudian menyentuh ujung bibirnya yang tadi dipukul Reifan, matanya memandang datar darah di jari-jari tangannya.

Jauzan menghela napas dan berjalan keluar dari kerumunan itu, membuat mereka memberi jalan untuknya.

Nando masih berdiri di sana, otaknya masih mencerna baik-baik apa yang dia lihat barusan. Kemudian tersadar, laki-laki itu berlari menyusul Jauzan dengan satu tangan yang membawa sebuah botol air mineral.

Nando menemukan Jauzan duduk di atas kap mobilnya, kemudian ia menghampirinya. Menatap luka memar di ujung bibir Jauzan, kemudian menyodorkan botol air mineral itu.

"Bersihin luka lo," ucapnya. 

Jauzan menatap air mineral yang terulur itu kemudian tersenyum miring dan meraihnya, lalu membasahi lukanya dengan air itu. Matanya menerawang jauh ke depan. Semakin membuat Nando yakin dengan pemikirannya tadi.

"Bukannya gue ini sok tahu atau apa ya. Tapi—"

Nando sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Jauzan menoleh ke arahnya dengan alis yang terangkat tinggi, "—lo suka sama Amara, ya?"

Jauzan mengernyit, "Amara siapa?"

"Lah, jadi selama ini lo nggak tahu namanya?" ucapan Nando tentu saja membuat Jauzan semakin bingung, "Itu cewek yang suka marah-marah, tempo hari berebut tempat duduk sama gue."

"Oh," gumam Jauzan singkat.

"Lo beneran suka sama dia?" ulang Nando lagi. Jauzan menoleh, menatapnya tajam dengan raut wajahnya yang kembali terlihat sedingin es.

"Gila lo, Ndo."

"Iya apa enggak, bodo?"

"Nggak."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang