13 | Kotak Hitam

278 47 52
                                    


Bisa nggak lo berhenti?!" kali ini Jauzan menempelkan dua telapak tangannya pada dinding di sisi kiri kanan Nasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bisa nggak lo berhenti?!" kali ini Jauzan menempelkan dua telapak tangannya pada dinding di sisi kiri kanan Nasya. Mengunci gadis itu agar tidak lari kemanapun. "Lo denger gue kan? Bisa?!"

"J—Jauzan, gue—"

Nasya semakin gugup dan hal itu membuat Jauzan mendegus. Laki-laki itu kembali mendekatkan wajahnya, "Bisa?"

Nasya terpaksa mengangguk kemudian menepis tangan Jauzan dan menatapnya sinis, "Kenapa sih lo peduli banget sama nih anak?" ucapnya sembari melirik Amara sadis.

"Lo tanya kenapa gue peduli sama dia?"

Jauzan menoleh ke arah Amara, kemudian menoleh ke arah Nasya, masih memasang tampang dingin. Dan sejurus kemudian, Jauzan menarik Amara mendekat dan merangkul bahunya.

"Karena dia, Amara, pacar gue. Puas kan lo sama jawaban gue?"

"WOOOOW!" seru para penonton itu saat mendengar pengakuan 'palsu' Jauzan.

Nasya memandang tak percaya ke arah Jauzan, kemudian mengepalkan tangannya erat dan membuang muka. Jauzan menyeringai kecil dan semakin mengeratkan rangkulannya di bahu Amara.

"Jelas kan? Kita pergi, Am."

Dengan satu gerakan cepat, Jauzan menggandeng tangan Amara dan menariknya secepat yang ia bisa. Para penonton itu bergeser seolah memberi jalan untuk kedua orang itu agar bisa pergi dari kerumunan.

Nasya, gadis itu hanya bisa memandang kesal kepergian Jauzan dan Amara dengan tangannya yang terkepal erat. Sejurus kemudian, ia berjalan menghentak-hentak menjauh dari kemurunan tersebut.

Terlalu kesal.


"Kak, tangan—" Amara melirik tangan Jauzan yang menggenggam tangannya erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kak, tangan—" Amara melirik tangan Jauzan yang menggenggam tangannya erat.

Jujur saja, gadis itu sedikit salah tingkah. Ya gimana enggak? Cowok yang katanya paling ganteng satu sekolah ini bos!

Jauzan tersadar kemudian menghentikan langkahnya. Laki-laki itu ikut memandang apa yang tengah di lihat Amara–tangannya yang masih menggandeng, kemudian terkejut.

AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang