17 | Jangan Pergi Ya?

444 50 16
                                    


Mahawira's—15:04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Mahawira's—15:04

Jauzan sangat amat merasa bersyukur karena saat ia pulang, kedua orang tuanya tidak berada di rumah dan sudah berangkat. Mereka sedang ke Surabaya untuk mengurus bisnis keluarga. Jauzan sejujurnya juga tidak terlalu peduli dengan hal itu.

Setidaknya harinya akan sedikit menyenangkan, karena ia tak perlu lagi mendengar kata-kata pedas yang dilontarkan mamanya untuknya. Ia juga mendapatkan tujuh hari kesempatan untuk memikirkan jalan keluar dari semua masalah yang di akibatkannya itu. Wajib ain.

"Lo baru pulang?" tanya Lariska saat melihat adiknya itu tengah meneguk air mineral di depan kulkas. Jauzan berbalik, kemudian tersenyum tipis dan mengangguk. "Hah?! Coba-coba ulang. Udah lama banget gue nggak lihat lo senyum kayak gitu."

Jauzan mendengus kecil, "Gue nggak boleh senyum kayak gitu, Kak?"

"Apaan sih lo? Nggak nggak, justru gue terharu banget tahu. Gue kangen lo bisa senyum kayak gitu," ucap Lariska sembari menyandarkan dirinya di pintu. "Gue pikir lo udah lupa gimana caranya senyum sejak kejadian itu."

Seketika ucapan Lariska langung membuat mood Jauzan memburuk.

Lariska bukannya tidak sengaja, karena ia paling tahu memang pembicaraan ini sensitif bagi adiknya—bagi dia juga.

"Kenapa? Nggak suka kalau gue ungkit-ungkit masalah itu?" respon Jauzan hanya diam dan itu semakin membuat Lariska gemas. "Dengerin gue ya, Jauzan. Dari dulu sampai sekarang, lo kan tahu kalau gue nggak pernah menyalahkan lo atas semua yang udah terjadi waktu itu. Gue sebagai kakak cuma mau ngebantuin lo. Gimana caranya supaya lo bisa menyelesaikan masalah itu. Jangan apa-apa sendirian, gue yakin lo butuh dukungan dari gue sama Papa. Kita harus temukan jalan keluarnya sama-sama. Ngerti kan lo?"

Jauzan tersenyum miring. "Iyaa, Kak Ais. Ngerti."


22:32

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




22:32

"Bang, lo beneran mau pergi?"

Devan menoleh ke arah Amara yang duduk di sampingnya. Kemudian ia mengangguk, tangannya menarik kepala Amara mendekat dan kemudian mengusapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang