16 | Saling Terikat

291 48 14
                                    


Jauzan menaikkan alisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jauzan menaikkan alisnya.

"Lo beruntung itu namanya."

"Beruntung apanya deh, Kak?"

"Lo itu harusnya bersyukur bisa ngerasain tinggal berdua sama gue semalem," ucapnya jutek kemudian beralih berjalan menuju balkon kecil yang ada di kamar itu. Amara mengikutinya.

"Eh, Kak, ngomong-ngomong omongan yang semalem itu.."

Jauzan langsung menoleh ke arah Amara yang berdiri di sampingnya.

"Omongan gue yang mana?" tanyanya sembari melemparkan pandangan ke depan, menatap kota Jakarta di pagi hari, dan menghirup udara sejuk pagi itu sebelum diterpa polusi beberapa jam lagi.

"Yang Kak Jau bilang kalau sebenernya—"

Jauzan menyela Amara, "Anggap aja gue nggak ngomong apa-apa semalam, Am," sela Jauzan cepat. Laki-laki itu berbalik, menatap Amara yang tampak kecewa? Entahlah. Jauzan menghela napas kasar, "Kita pulang sekarang aja ya."

Amara menatap kaki Jauzan yang mulai menjauh.

'Segampang itu kamu bilang kalau aku harus pura-pura anggap kamu nggak ngomong apa-apa semalem, Kak? Tega banget buset,' ucapnya dalam hati. Gadis itu mendongak, menatap punggung Jauzan yang sudah di ambang pintu. Laki-laki itu berbalik.

"Buruan? Nunggu apa lagi sih?" suara dan tatapan dingin itu.

Amara menghela napas.

'Iya, emang udah paling bener anggep aja semalem nggak pernah terjadi di hidup gue. Jangan gampang percaya sama omongannya kulkas seribu pintu kayak dia, Ra. Anjir pede banget deh lo, Ra. Nggak mungkin kali Kak Jau naksir sama lo yang sableng gini.'

Setelah puas merutuk dalam hati, Amara kemudian meraih tasnya, mengikuti Jauzan.


Setelah puas merutuk dalam hati, Amara kemudian meraih tasnya, mengikuti Jauzan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Art Store—09:05

Amara menautkan alisnya bingung.

"Art Store? Mau beli apaan, Kak?" Amara menatap Jauzan yang masih duduk di sampingnya—sibuk melepaskan sabuk pengaman. Jauzan menoleh menatap Amara.

AKSATA | Jaerose VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang