Bagian°16 ✔

46.5K 3.8K 80
                                    

******

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

“Saya gak terima anak saya di perlakuin seperti ini," ujar mama Riska marah di kantor kepala sekolah.

"Mohon untuk tidak berbuat lebih disini ibu, dari keterangan yang saya dengar, Riska telah membully seorang siswi disini," kepala sekolah.

"Kamu lakuin itu?" Tanya mama Riska kepada anaknya.

Riska menggelengkan kepalanya, "Ngak mah, Riska gak lakuin itu. Mereka semua bohong mah," ujar Riska berbohong.

"Gak usah bohong lo," ujar Rusmi tak terima.

Suasana semakin panas. Riska yang tak terima dirinya di bully oleh Rusmi menelfon kedua orang tuanya. Dan di sinilah sekarang, di ruang kepala sekolah dengan mama Riska yang marah-marah.

"Lo yang datang-datang langsung jambak rambut Riska tanpa alasan," ujar Izmi menunjuk Rusmi.

"Gue gak akan samperin lo semua kalau lo gak bully sahabat gue sampai pingsan," ujar Rusmi menaikkan suaranya.

"Tolong sabar nak Rusmi," ujar kepala sekolah.

"Mama, dia jambak rambut aku, sakit banget ma. Bahkan Izmi sama Chika aja di sirem pakai air sama mereka," ujar Riska mengadu.

"Kalian apain anak saya?" Tanya mama Riska marah menatap Rusmi, Rusma dan Sinta.

"Maaf tante, tapi anak anda yang duluan membully sahabat kami, kalau anak tante itu gak bully sahabat kami, kami juga jijik buat nyentuh anak tante sama temen ularnya itu," sinis Sinta.

"Kita itu bukan ular ya Sinta, mulut lo tuh mau di sekolahin," ujar Chika emosi.

"Terserah gue dong, mulu juga mulut-mulut gue, apa hak lo buat ngatur?" Ujar Sinta remeh. Chika berusaha untuk menahan emosinya yang semakin di pancing oleh Sinta.

"Saya gak percaya kalau Riska yang mulai duluan," ujar mama Riska membuat Riska dan dua temannya tersenyum penuh kemenangan.

"Ibu sama anak sama aja," ujar Rusma memutar bola matanya malas sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Maksud kamu apa?" Tanya mama Riska.

"Mohon bersabar ibu, saya mohon untuk tidak membuat kegaduhan di ruangan ini," ujar kepala sekolah.

"Ceritakan yang sebenarnya Riska apa yang terjadi," ujar kepala sekolah menatap Riska yang duduk di antara kedua orang tuanya.

"Dan jangan ada kebohongan," ujar papa Riska membuka suara.

''Tadi Riska cuman duduk aja di warung belakang sekolah sama pacar saya pa---,"

"Rangga bukan pacar lo, gak usah ngaku-ngaku. Kayak gak punya malu aja lo," ujar Sinta memotong cerita Riska.

"Urat malunya kan emang gak ada," ujar Rusmi.

"Ketutupan sama bedak lima ratus senti yang ada di muka," ujar Rusma.

Riska merasa kesal menatap ketiganya. Ingin rasanya ia marah-marah namun ia mencoba untuk tidak melakukannya, menjaga image di depan orang tua dan juga kepala sekolah.

Rangga cruel boy [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang