Bagian°21 ✔

50.6K 3.9K 134
                                    

*****

Semesta seperti mempermainkan
Kesediha kecewa dan rasa nyaman
tak salah hanya berusaha
keterdiaman bukan karna tak mampu
semua butuh tindakan pasti
cinta tanggung jawab dan prioritas
dalam genggaman
bukan bagaimana namun siapa

Sedikit bicara banyak bertindak
Rangga Erando Daxtervn

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

"Lusi, balikan yuk."

Suara teriakan dari seorang cowok yang baru saja memasuki kantin sekolah dengan baju yang berantakan serta rambut yang acak-acakan, dan jangan lupa beberapa sahabat cowok itu yang berjalan di sampingnya.

Ketujuh cowok yang saat ini memasuki area kantin menjadi pusat perhatian, banyak yang memuji bahkan berteriak histeris. Rangga yang menjadi ketua dari mereka berjalan duluan dengan tangan cowok itu setia di dalam kantung celananya.

"Noh Lusi, mantan udah ngajak balikan tuh, gih terima," goda Rusma yang duduk di samping Lusi.

"Bikin malu-malu aja," dengus Lusi kesal menatap sekeliling. Si kembar Rusma dan Rusmi menertawakan tingkah laku sahabatnya.

"Jarang loh Daniel ngajak balikan para mantannya Lusi, dan lo yang paling terindah," ujar Dewa yang berada di samping Daniel dengan merangkul bahu cowok itu.

Tak ada respon dari Lusi, cewek yang memiliki rambut panjang itu hanya acuh tanpa memperdulikan sahabatnya yang terus menggodanya ataupun Daniel yang selalu menatapnya.

"Udah di tolak kan? Balik lo berdua," ujar Gavin menarik dasi Dewa dan otomatis Daniel pun ikut tertarik oleh Dewa yang merangkulnya.

Berbeda dengan Ayara yang menatap Rangga yang telah duduk dengan ponsel yang terus menjadi pusat perhatian cowok itu.

"Gak usah di liatin, liatin dia gak akan bikin kamu kenyang Aya," ujar Elina di samping Ayara. Jengah dengan tingkah Ayara yang masih berharap dengan Rangga.

"Cari yang lain aja Ayara, lo kalau sama Rangga makan hati mulu," celetuh Rey yang berada di samping Elina.

"Sejak kapan lo ada disini?" Tanya Elina bingung. Pasalnya pacar dari sahabatnya ini berjalan bersama para sahabatnya.

"Sejak lo bicarain Rangga," jawab Rey sambil mengunyah makanan yang di suapi oleh Rusmi kepadanya.

"Dari pada mikirin Rangga men---  Woi sakit woi astagfirullah," ucapan Rey terhenti sejenak hingga cowok itu berteriak yang mengundang tatapan dari semua penghuni kantin.

"Enak banget lo pacaran disini," ujar Gavin menarik telinga Rey.

"Kenapa? Iri ya? Makanya peka jadi cowok," ujar Rey meledek sambil mengusap telinganya yang di jewer oleh Gavin.

"Gak," ujar Gavin santai melirik ke arah Sinta yang sempat menatapnya lalu berpaling cepat.

"Sayang, sakit," ujar Rey mengadu kepada Rusmi dengan wajah melas.

"Merah banget ini, Gavin lo mah bikin pacar gue kesakitan," ujar Rusmi mengusap lembut telinga Rey.

Gavin menatap ngeri kearah dua manusia dihadapannya. Jengkel dengan Rey yang tidak mengubrisi perkataannya, Gavin menarik kerah baju seragam Rey. Mau tak mau cowok itu ikut berdiri.

"Sayang aku pergi dulu ya," ujar Rey sebelum pergi. Diangguki oleh sang kekasih lalu menatap tajam ke arah Gavin yang tersenyum puas.

"Pacaran kok manggil sayang, panggil penghulu dong biar pro," ujar Zidan yang duduk di samping Bara sambil meminum es teh manis miliknya.

Rangga cruel boy [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang