Bagian°24 ✔

49.4K 4.4K 350
                                    

*****

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔

"Aya belum keluar?" Tanya Elina dengan seragam lengkap putih abu-abu yang melekat di badannya.

"Belum," balas Sinta yang menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.

Elina mengangguk lalu berjalan menuju kamar yang di tempati Ayara, Elina mengetuk pelan pintu coklat yang berada di hadapannya. Lima menit tak ada respon dari Ayara, dengan pelan Elina membuka pintu itu dan untung saja tidak di kunci oleh Ayara.

Elina menatap ruangan itu, pandangannya terkunci menatap Ayara yang duduk di tepi kasur dengan menyandarkan kepalanya di sandaran kasur. Elina masuk lebih dalam berjalan menuju Ayara, duduk di samping sahabatnya.

"Aya," panggil Elina memegang tangan Ayara.

Ayara menoleh lalu tersenyum kepada Elina. "Kapan Elina masuk?" Tanya Ayara tak menyadari kehadiran Elina.

Hari ini tepat hari pertama mereka akan melaksanakan ujian semester pertama, Ayara tak ingin terlalu larut dalam kesedihan dan meninggalkan ujiannya, Ayara mencoba untuk kuat walau ia kadang kala menangis jika membayangkan semuanya.

Namun kehadiran sahabatnya membuat Ayara semakin yakin ia akan bisa melaluinya. Mengenai hubungannya dengan Rangga, Ayara akan membicarakannya kembali kepada orang tuanya saat mereka telah kembali. Ayara tak ingin pekerjaan kedua orang tuanya terganggu jika mengetahui keadaannya sekarang.

"Baru aja, sarapan yuk," ajak Elina, Ayara menganggukkan kepalanya dan mulai merapikan kembali seragamnya.

"Yakin mau kesekolah hari ini?" Tanya Elina.

Ayara menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Elina. "Aya gak mau ketinggalan ujian."

"Kan bisa susulan aja nanti," ujar Elina membuat Ayara menggelengkan kepalanya.

"Aya gapapa Elina, Aya bisa kok," ujar Elina tersenyum.

Elina menatap ragu kepada Ayara. Ia tau Ayara bisa namun Elina tak yakin soal Rangga. Cowok itu bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Mengingat pembicaraannya tempo lalu dengan Rangga dan Bara membuat Elina sedikit khawatir.

Setelah pembicaraannya kemarin bersama Rangga dan Bara. Membuat Elina takut Rangga akan melakukan hal nekat untuk Ayara. Elina tau ucapan Rangga tidak dapat di anggap hanya angin lalu. Rangga bukan tipikal orang yang hanya banyak bicara namun tak ada tindakan, Elina takut Rangga akan mengambil Ayara dan kembali menyakiti sahabatnya.

Elina menarik nafas perlahan. "Yaudah yuk sarapan sebelum berangkat," ajak Elina.

Saat sarapan, Ayara tak banyak bicara. Hanya sesekali tersenyum menatap Elina dan Sinta, perubahan Ayara dua hari ini membuat mereka juga kehilangan rasa bahagia. Ayara gadis paling ceria di antara mereka setelah Rusmi.

Bahkan saat mereka telah berada di dalam mobil menuju ke ke sekolah, Ayara tak hentinya menatap ke arah luar jendela tanpa ingin menatap ke arah yang lain. Saat memasuki gerbang sekolah, keempat sahabat Ayara tersenyum menyapa Ayara.

"Pagi Ayara," sapa Rusmi berjalan terlebih dahulu di ikuti oleh Rusma, Lusi dan Meli.

Ayara hanya membalasnya dengan senyuman, Rusmi berusaha menetralkan wajahnya menatap sahabatnya. Keterdiaman Ayara membuat keenam sahabatnya ikut sedih. Tak ada suara yang keluar dari bibir Ayara.

Rangga cruel boy [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang