Bel pulang sekolah berbunyi. Entah ada apa dengan hati Bella hari ini. Dipenuhi rasa marah dan kesal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Membuat temannya pun ikut bingung.
"Bel, lo kenapa sih? Seharian ini cemberut mulu," heran Caca karena sejak tadi hanya melihat wajah murung sahabatnya.
"Kekurangan tugas lo? Sini kerjain remedial gue numpuk banget elah kayak dosanya Elvan," keluh Gandhi
"Kurang ajar nih mulutnya si kendi! Sini gue comot mulut lo!" Elvan merangkul kepala Gandhi lalu menjepitnya didepan dada. Membuat Caca geleng kepala.
Caca menatap Bella kasihan, "Lo kenapa sih Bel? Cerita dong sama gue,"
Bella menghela nafas pelan, "Gue gak tau, Ca."
"Apa sih? Masa perasaan lo sendiri aja gak tau?" Caca berdecak kesal.
"Dasar bego lo semua, dia lagi cemburu sama Keenan," ujar Elvan yang masih berantem ringan dengan Gandhi.
"Hah! Beneran, Bel?!" Tanya Gandhi dan Caca kaget bersamaan.
"Ck, enggak. Udah ah yuk pulang," Bella mempercepat langkahnya menuju tempat parkir mobil Elvan.
Saat mobil akan keluar dari gerbang sekolah. Bella melihat sosok punggung seseorang yang sedang berada di atas motor, lelaki yang membuat hatinya tidak karuan hari ini.
"Sama 'dia' lagi ternyata," batinnya sakit menerima pernyataan bahwa sosok itu sedang bersama Kiara sekarang.
"Ca, malam ini gue nginep rumah lo ya?" Tanya Bella spontan.
"Demi apa?! Kenapa lo gak bilang dari tadi sih? Van, putar balik! Ke minimarket sekarang!" Titah Caca cepat tanpa penolakan.
"Apaan sih lo Ca. Ini udah mau nyampe rumah lo," tolak Elvan malas.
"Lo gak denger Bella bilang apa? Dia mau nginep rumah gue! Kita bakal pesta nanti malam! Iya kan Bel?" Caca menatap Bella senang, yang dibalas anggukan ringan.
"Dasar cewek. Emang lo mau beli apaan?" Tutur Elvan sembari memutar mobilnya.
"Iya nih, perasaan rumah lo 90% terbuat dari makanan semua Ca," ejek Gandhi yang masih bermain ponsel.
Sudah berhenti di depan minimarket. Tidak terlalu jauh dari rumah Caca.
"Cowok mana paham. Yuk, Bel," ia menggandeng tangan Bella keluar.
"Tumben lo mau nginep, kenapa?" Tanya Caca yang masih sibuk memilih cemilan.
"Gak apa-apa. Kangen aja," jawab Bella asal.
"Ini udah semua? Gak ada yang mau lo beli lagi?" Ucap Caca setelah membeli semua yang ada di rak.
"Gak ada, udah yuk pulang,"
Caca dan Bella keluar dengan dua kantong plastik besar. Membuat dua lelaki yang menunggu di depan kebingungan.
"Buset ... ini mau nginep semalam apa setahun, banyak banget cemilan," ucap Gandhi sembari mencomot beberapa makanan.
Sesampainya di rumah Caca. Mereka menata cemilan, berdandan dan menyiapkan beberapa film untuk di tonton nanti malam. Karena malam ini adalah PARTY!
"Lo beneran gak apa-apa kan Bel?" Tanya Caca yang sedang mengoleskan masker green tea di wajah Bella.
Dia hanya menghela napas lelah dan menjawab tidak ada apa-apa dengan dirinya sekarang. Namun, intuisi selalu lebih tahu melebihi detektif manapun.
"Yang di bilang Elvan tadi bener? Lo cemburu sama Kenan?" Kini mereka sedang duduk menyila berhadapan. Caca sudah memakai masker sejak tadi.
"Gue gak tahu. Gue pikir ini cuma rasa kesal karena yang dapat rumus instan Kiara bukan gue," tutur Bella polos.
"Jadi, lo cemburu sama Kia karena dia bisa belajar bareng Kenan sedangkan lo enggak?" ujar Caca menyimpulkan.
Bella mengangguk mengiyakan membuat Caca menahan tawanya takut maskernya retak.
"Itu namanya cemburu goblok!" Ejek Caca yang masih menahan tawa sembari memakan cemilan ringan.
"Gue gak cemburu. Gue cuma iri," tangkas Bella kesal.
"Lo emang pinter dalam hal akademik, tapi lo tuh minus banget dalam hal percintaan ya, Bel." ejek Caca lagi.
Bella malas berargumen sekarang. Dia tahu, jika Caca sudah mengejeknya seperti ini akan susah untuk menang.
"Tapi lo yakin? Saingan lo Kiara loh, termasuk gue juga," gurau Caca menaik turunkan alisnya.
"Udah di bilang gue gak mau sama dia!" Kesal Bella.
"Ya udah iya iya. Nonton film aja nih siapa tau otak lo butuh materi cinta," ejek Caca sekali lagi.
"Cacaaa!!"
Pagi telah tiba. Mentari menyisir malam dengan hangatnya, perlahan membangunkan dua gadis yang masih terlelap karena lelah setelah bersuka ria semalam.
"Bel, bangun. Udah pagi nih," ucap Caca membangunkan Bella yang masih nyenyak di atas kasur.
Sedangkan Caca sedang duduk bersila sembari mengucek matanya membiarkan sedikit cahaya memasuki indra penglihatannya.
Setelah bersiap untuk berangkat mereka menunggu Elvan di teras depan rumah. Daerah Caca termasuk lumayan ramai dengan banyaknya orang bersepeda, berolahraga maupun berjalan santai dengan keluarga. Padahal, ini bukan hari libur kerja.
"Elvan lama banget sih," keluh Caca sembari berdecak sebal.
"Mungkin macet, Ca. Sabar aja," ujar Bella dan tak lama kemudian mobil Elvan berhenti di depan rumah.
"Lama banget sih lo! Gue sampe udah selesai nyalin tugas Bella lo belum nyampe,"
"Sabar putri-putri. Lo pikir gue supir pribadi lo? Lagian salah siapa jalan rumah lo ramenya ngalahin pasar pagi,"
Ditemani percakapan ringan dalam perjalanan. Tak terasa mereka sudah sampai di tempat parkir sekolah. Sudah hampir jam 7, tak heran cukup sulit untuk memarkirkan mobil.
"Ca, jam olahraga nanti gue izin ya,"
"Kenapa? Lo sakit? Apa semalem gue mukulnya keras banget ya?"
"Enggak, gue cuma capek aja,"
"Yaudah nanti lo istirahat di UKS aja,"
Jam pelajaran terus berganti. Waktu sudah menunjukkan angka 9, dimana jam pelajaran olahraga akan dimulai. Disaat yang lain sedang berganti baju olahraga, Bella berjalan menuju UKS dan merebahkan tubuhnya di atas brankar.
Ia memejamkan matanya, baru beberapa menit Bella mendengar suara di balik tirai sebelah kirinya. Tak mau ikut campur, Bella memaksa dirinya untuk istirahat kembali.
Namun, gagal. Hanya karena orang itu menyebut nama Kenan. Karena penasaran, Bella langsung menguping pembicaraan mereka.
"Kamu yakin bisa bertahan?" Ucap lelaki yang sedang berbincang dengan Kenan. Dari suaranya mungkin lelaki berumur sekitar 30 tahun.
"Kenan bakal berusaha. Aku tahu aku mampu, ini bukan yang pertama kali," ucap Kenan santai. Membuat Bella yang mendengarnya sedikit mengernyit bingung.
"Ya sudah. Kalau ada apa-apa lagi langsung hubungi saya ya," terdengar langkah kaki menjauh dari ruangan. Mungkin lelaki itu sudah pergi.
Kenan masih dengan pikiran kacau, ia menutup matanya dengan lengan tangan kiri di atas mata.
Sedangkan Bella sedang bergelut dengan spekulasinya sendiri. Setelah mendengar percakapan tadi, dia kembali teringat ketika Kenan pergi ke rumah sakit malam itu.
Apa benar Kenan sakit parah? Bukan yang pertama kali? Berarti udah pernah dong? Atau malah sering? Batinnya bertanya, penasaran akan masalah apa yang menimpa lelaki itu.
Tapi dia gak pucat kok. Berarti gak papa dong? Udahlah ngapain sih aku ngurusin urusan dia, tak mau berpikir yang aneh. Bella mengubah posisi tidurnya dengan memiringkan tubuhnya ke kanan.
Mendengar suara brankar seperti ada seseorang, membuat Kenan berpikir memang ada orang lain di ruangan ini. Dia sedikit mengintip dari bawah tirai, terlihat sepatu putih yang tidak asing di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENLA
Teen FictionIni perihal rasa Rasa yang tak pernah mampu di utarakan Rasa yang bersimbur di balik kedok kebersamaan Rasa yang menunggu patah karena tak berulah Dan ini perihal hati yang menolak rasa Jika kamu pecandu rasa dalam diam yang bersembunyi di balik tat...