14

3.3K 86 0
                                    


SELAMAT MEMBACA ...   

"Kamu gak pernah makan ya? Tubuhmu ringan sekali" kata Arian berusaha mencairkan suasana. Dari tadi Arian dan Arini diam tanpa bicara sedikitpun

"Fokus saja berjalan, jangan sampai jatuh, aku tidak mau celaka lagi" jawaban Arini terdengar ketus. Sepertinya ia masih marah, bagaimana tidak nyawanya hampir saja melayang di tangan Arian.

Segitu cinta dan hawatirnya kah Arian pada Reva sehingga tidak bisa berfikir jernih saat wanita itu dalam bahaya. Walaupun nyatanya Reva hanya pura pura tenggelam.

"Maafkan aku... Aku lupa jika kamu takut ketinggian dan fobia pada air deras dan dalam. Aku tidak tau kalau Reva hanya pura pura tenggelam" Arian terlihat menyesal tapi Arini tidak mau tertipu lagi. Bukankah Arian memang seperti ini? Gampang menyesal tapi besoknya kembali melakukan kesalahan

"Tidak usah menjelaskan apa pun aku gak mau dengar!!!" jawab Arini datar

"Kamu harus mendengarnya, aku tidak mau di kejar rasa bersalah"

"Diam atau aku suruh Dika saja yang menggendongku!!" Arini semakin ketus dan tak bersahabat

"Oke aku diam" akhirnya Arian memilih untuk mengalah

Arian pun hanya pokus menuruni satu persatu anak tangga yang di laluinya. Sudah lumayan jauh tapi Arian tidak terlihat lelah sedikitpun. Di bandingkan dengan latihan kerasnya selama ini menggendong tubuh kurus Arini apa lagi dengan jalan menurun bukanlah perkara sulit baginya.

"Ayo gantian..." kata Dio menawarkan dirinya

"Tidak usah! Nanti wanitamu salah paham lagi, ribet kalau sampai aku ikut terseret dalam urusan percintaan kalian" kata Arian sambil melirik Ovi

"Dia tidak akan cemburu, wanitaku tidak sepicik itu! Lagi pula dia sangat menyayangi temannya" Ovi pun tersenyum bahagia, Dio sangat mengerti dirinya

"Atau aku suruh Dika saja yang menggantikanmu" tawar Dio

"Tidak usah kamu saja" putus Arian akhirnya.

Arini kemudian naik ke punggung Dio, setelah Dio melepaskan borgolnya bersama Melan

"Dadanya jangan terlalu nempel, nanti Dio ngaceng" kata Arian yang terdengar seperti sebuah ledekan bagi  Dio

"Sialan aku bukan kamu!" balas Dio tak terima. Dia mulai berjalan menuruni tangga

"Jadi bagaimana?" tanya Arini

"Bagaimana apanya?" Dio terlihat bingung

"Kisahmu dan Ovi?" Arini mempertegas pertanyaannya

"Sesuai saranmu aku mengungkapkan semuanya, ternyata kamu benar. Ovi juga mencintaiku cuma dia meragukan perasaanku karena aku tak pernah mengungkapkannya"

"Berarti kalian sudah siap LDR??"

"Gak lah, aku akan pindah ke jepang bersamanya"

"Terus perusahaan yang di sini bagaimana??"

"Kakak ku yang brengsek dan sinting itu yang akan mengurusnya. Dia akan mengundurkan diri dari kemeliteran dan belajar untuk menghendle prusahaan"

"Kamu punya kakak?" Arini terlihat kaget. Selama ia bekerja di perusahaan Dio dia tidak pernah tau jika bosnya punya kakak. Arini menyangka jika Dio itu anak tunggal

"Punya selisih umur dua tahun,  dia sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis. Tapi kali ini demi wanita yang dia cintai dia mau meninggalkan cita citanya dan meneruskan bisnis keluarga"

"Ooohhh berarti umur kakakmu 29 ya?? Kamu dan aku kan seumuran, cuma beda bulan"

"Ya, tapi kita seangkatan dengan kakakku" terang Dio lagi

ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang