18

2.3K 93 0
                                    


SELAMAT MEMBACA....

Arian merawat Arini dengan telaten, mulai dari mengurut punggung Arini saat ia muntah, mengelap sisa muntahannya, menyuapi dia makan, membantu minum obat, sampai dengan memijit kaki Arini walaupun ia bersikeras melarangnya.

"Sebenarnya aku sakit apa? Kenapa aku merasa mual terus" Arini merasa lemas karena dari tadi ia muntah muntah

"Kamu magh Rin.... Kemarin kemarin makanmu kan tidak teratur. Kamu tenang ya, aku sudah menyuruh Erik untuk memeriksamu lagi"

"Tidak usah, aku merasa tidak enak karena merepotkan kalian semua, termasuk Melan" Arini memandang tempat tidur di balik tirai yang di tiduri oleh Melan

"Jangan bicara begitu... Lebih baik kamu istirahat gak usah mikir macem macem"

"Aku sudah merasa enakan, lebih baik kamu ke kantor lanjutkan pekerjaanmu"

"Gak!! Selama kamu sakit aku akan menemanimu"

"Please Arian, jangan tambah membuatku susah, aku semakin tidak mengerti dengan sikapmu yang sering berubah ubah"

"Maafkan aku, selama ini aku yang salah. Mulai sekarang dan seterusnya seperti ini lah sikapku, aku janji gak akan egois dan marah marah lagi"

Arian kemudian mengeluarkan sebuah kotak beludru dari dalam saku celananya. Dan di dalam kotak itu ada cincin berlian disainnya simple tapi elegan. Arian langsung memasangkan cincin itu di jari manis Arini

"Mulai sekarang kamu calon istriku, bulan depan kita menikah"

"Gak aku gak mau, sudah ku bilang berkali kali aku gak mau lagi menjalin hubungan sama kamu.." Arini memang sangat mencintai Arian, tapi penghianatan dan perlakuan Arian di masa lalu meninggalkan luka menganga yang sampai sekarang belum bisa ia obati.

Masih terekam jelas di ingatannya saat ia kehilangan calon buah hatinya dulu.

Padahal waktu itu Arian yang memaksanya hamil karena dia tidak mau kehilangan Arini, setelah Arini mengetahui kalau Arian sudah menikah dengan wanita lain dan memiliki anak laki laki berusia satu tahun.

Setiap hari hanya menangis yang bisa Arini lakukan, ia menyesal mencintai Arian dan menjadi orang ke tiga dalam rumah tangga Arian.

Arian yang kala itu di mintai penjelasan, ia malah lebih memilih menghindar dan mengabaikan Arini.
Hingga akhirnya Arini keguguran barulah Arian datang.

Waktu itu dia mengamuk di rumah sakit dan menyalahkan Arini karena tidak bisa menjaga anaknya. Dengan tidak adanya anak maka Arini pasti akan meninggalkannya apalagi setelah ia tau kalau Arian sudah berkeluarga. Arian tidak mau itu sampai terjadi.

Dan benar saja, setelah itu Arini menghilang bertahun tahun. Arian seperti orang gila mencari keberadaan Arini dan siapa sangka ternyata Arini bekerja di perusahaan ayahnya Arian.

Wanita yang sering kali di sebut wanita macan dan sama sekali tidak pernah akur dengan adiknya itu adalah Arini.

"Rin.. Lupakan masalalu, aku tau kalau di masalalu aku banyak punya kesalahan. Kasi aku kesempatan aku akan membuktikan kalau aku benar benar mencintai kamu Rin"

"Kasi aku waktu untuk berfikir"

"Gak, pokoknya kamu harus mau kalau aku mendengar kalimat bantahan mala aku akan mencium mu" Arian sangat yakin kalau Arini sangat mencintai dirinya. Tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya, sesuai saran Ovi dia harus sedikit memaksakan kehendaknya pada wanita keras kepala ini dan sayangnya Arian sangat menggilai wanita ini.

"Arian jangan kaya anak....."

"Cup......"

Satu lumatan mendarat sempurna di bibir Arini.

"Kamu gila...." kata Arini sambil menggosok gosok bibirnya menggunakan selimut

"Ia bukankah dari dulu aku memang gila. Kamu sendiri yang mendiagnosa kegilaanku setiap kali kita berantem"

"Kamu brengsek...."

"Iya aku tau...."

"Aku tidak mau berhubungan....."

"Cup......"

Ciuman kedua pun menyusul

"Jadi bagaimana? Kamu masih ingin di cium? Kalau masih, sekalian saja kita lanjut ke step selanjutnya, satu atau dua ronde enak kali ya" goda Arian sambil menunjukkan smirk nya

Arini pun menggeleng cepat sambil menutup bibirnya.

"Jadi jawabanmu.....?"

Mati sudah Arini sekarang, dalam berdebat Arian memang jagonya. Dia selalu memberi lawannya dua pilihan jalan dimana jalan itu sama sama menuju neraka.

Arian kemudian naik ke bed Arini, ia tidur di sebelah sambil memeluk gadis itu.

"Ada satu hal yang belum kamu ketahui"

Arini menajamkan pendengarannya, bersiap mendengar kata kata Arian selanjutnya

"Devano bukan anakku, dia anak Bima. Waktu itu Ranti hamil sedangkan Bima kuliah S2 di luar negri. Ratri ingin menggugurkan anaknya karena tidak mau menanggung malu tapi Bima tidak mengizinkan. Maka sementara waktu akulah yang menjaga anak dan istrinya. Selama kami bersama sama aku bersumpah aku tidak pernah berhubungan badan dengannya.

Bibir Arini ternganga saking syok nya.

"Mulutnya jangan di buka lebar gitu, ada laler masuk nanti..." ledek Arian

Tiba tiba saja pintu kamar rawat Arini di buka dengan kasar

"Rin...." Dika menghampiri Arini dengan wajah paniknya ia menggenggam tangan Arini dan mengecupnya berkali kali

"Bagaimana keadaanmu? Bilang padaku apamu yang sakit??"

Satu kata buat Dika, Lebay..... Memang ini lah sifatnya dia, selalu lebay di saat saat genting

"Bagaimana Dik cincin di jari manisnya Arini bagus tidak?" celetuk Arian

Dika pun memincingkan matanya.

"Brengsek...." umpat Dika

Arian tertawa cekikikan, kali ini Dika benar benar sudah kalah telak darinya.

"Aku keluar dulu mau beli makanan kamu jagain calon istriku baik baik ya Dik...." puas rasanya Arian melihat muka patah hatinya Dika. Kali ini dia tidak merasa khawatir lagi jika Dika akan merebut Arini.

"Kamu mau maem apa Rin?" lain Dio, lain pula Arian.

Dio begitu jadian dengan Ovi ia langsung merubah panggilannya menjadi Ayank.

Sedangkan Arian, dia paling anti dengan panggilan ayank, baby, mimi kecuali nanti saat anak mereka lahir dia akan memanggil Arini dengan sebutan mama

"Terserah...."

"Kamu mau buah gak??"

"Aku mau jus nanas..."

"Gak boleh!!! Jus apokat saja"

"Kenapa gak boleh?? Emangnya aku hamil apa dilarang minum jus nanas" Arini belum tau kalau dirinya hamil. Baik Arian, Dika, Melan dan dokter tidak ada yang memberi tau Arini. Nanti Arian sendiri yang akan memberi taunya

"Jangan membantah, aku cium di depan Dika mau??" ancam Arian

"Dasar gila...."

"Iya aku tau...."

"Kenapa sih kamu mau nerima lamaran nya dia?" tanya Dika

"Karena Arini sangat mencintaiku Dik hahaha...." tawa Arian sambil berlalu

"Gila...." teriak Arini dan Dika barengan sampai membuat Melan bangun dari tidur lelapnya

"Di mana ada orang gila?"

Bukannya menjawab Arini dan Dika malah tertawa terbahak bahak

BERSAMBUNG

ARINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang