Di lobi rumah sakit Dika menghentikan pergerakan Melan, mereka sebenarnya mau pulang tapi Dika sama sekali sudah tidak bisa membendung keraguannya.
"Kamu beneran hamil Mel? Bukankah kita baru melakukannya beberapa kali dan selama itu kita selalu bermain aman" bukannya Dika tidak mau bertanggung jawab tapi yang dia mau hanya kejujuran dari Melan.
Dika sangat tau pasti Ovi dalang di balik rencana gila ini. Tidak mungkin wanita sepolos Melan berbohong apalagi mengaku hamil, ngidam dan minta ini itu...
"I... Iii...ya aku hamil" jawab Melan dengan suara terbata bata bagaimanapun ia merasa takut karena ini kebohongan pertamanya. Kebohongan yang sangat parah dan memalukan.
"Tidak mungkin, baru kemarin kamu datang bulan dan sekarang kamu hamil? Jawab yang jujur Mel!!! Apapun yang kamu mau pasti aku kasi tapi tolong jawab yang jujur, aku tidak suka di bohongi" Dika bicara dengan wajah prustasinya
"Jadi kamu meragukan kehamilan adik ku?? Ayo pulang kita perlu bicara di rumah!!!" astaga jantung Melan dan Dika serasa copot entah dari mana datangnya tiba tiba saja kakak Melan sudah ada di antara mereka
"Kak, kakak salah paham" Melan ketakutan apa yang akan di perbuat kakaknya nanti bagaimana jika kakaknya yang kejam itu sampai membunuh Dika
"Aku bilang PULANG" kata Gala tegas tak terbantahkan
"Kamu, mau jalan sendiri atau ku suruh anak buah ku untuk menyeret mu??" kata Gala pada Dika
"Jalan sendiri" jawab Dika, ia kemudian berjalan di belakang Gala dan Melan
"Sialan dosa apa aku tuhan kenapa pagi pagi sudah se sial ini, ini semua gara gara aku berteman dengan Aryan dan Dio... Aku jadi ikut ketularan sialnya mereka. Mulai sekarang aku harus menjauhi mereka. Jangan lupakan juga si lampir Ovi, gara gara rencananya dia sekarang aku mendapat petaka. Awas saja dia nanti" rutuk Dika dalam hati
"Resiko merusak adiknya preman, entah apa yang akan Gala lalukan padaku nanti.... Tuhan.... Lindungilah hambamu ini, hamba masih ingin meneruskan garis keturunan memiliki putra putri yang manis dan lucu, hamba juga belum membuat surat warisan walaupun harta hamba tidak banyak tapi hamba tidak mau saudara saudara hamba saling membunuh karena berebut harta...." entah ini sudah doa ke berapa yang Dika panjatkan sepanjang perjalanan.
Perjalanan menuju neraka itulah gambaran Dika saat ini, bagaimana tidak Gala duduk di sebelah supir dengan aura dinginnya, matanya merah mungkin ia sedang menahan emosi. Sama sekali tidak ada yang berani bersuara.
"Apakah aku akan di pukuli sampai sekarat setelah itu baru di mutilasi?? Bagaimana ini? Harusnya aku tadi kabur, tidak... Tidak.. Harusnya aku dulu tidak menyentuh adiknya. Ya ini semua salah Aryan sialan itu" Dika duduk dengan gelisah di kursi belakang supir. Otaknya sibuk membayangkan hukuman apa yang Gala jatuhkan nanti.
Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah rumah tua bernuansa hitam. Rumah yang seram apakah ini rumah yang akan di gunakan Gala untuk meng eksekusinya?
"Turun!!!! Mau ku seret ap jalan sendiri??" tanya Gala
"Jalan sendiri" jawab Dika cepat
Mereka kemudian menuju ruang tamu Gala duduk di sebuah sofa single, di sekitarnya ada sepuluh preman berwajah sangar dan berotot besar yang mengitari mereka
Melan dan Dika duduk di sofa depan Gala. Melan sudah beberapa kali meremas tangannya sendiri. jelas terlihat kalau dia benar benar cemas dan takut gara gara kebohongan nya mereka ada dalam masalah.
Sedangkan Dika dari tadi sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Jadi bagaimana?" Gala bertanya dengan nada santai tapi terkesan dingin bagi yang mendengarnya, membuat bulu kuduk Melan dan Dika berdiri
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINI
RomanceArea 21+ "Saat kau sudah puas menikmati tubuhku kamu meninggalkanku, sekarang kenapa kau datang lagi saat cintaku telah berubah menjadi benci? Apa karena sekarang aku cantik dan menarik? Atau karena para jalangmu tidak bisa memuaskan hasratmu?" Arin...