Hujan Pertama

599K 30.5K 3.5K
                                    

Sebelum baca
Jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar ya.

Kalo bisa komen di setiap paragraf

Jangan jadi silence readers
Bestihhh

happy reading

*
*
*

*
*

Hujan mengenalkanmu
pada rintik air yang basah
Tetapi hujan juga mengenalkanmu
pada goresan pelangi yang indah

Hujan mengenalkanmupada rintik air yang basahTetapi hujan juga mengenalkanmupada goresan pelangi yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


* * * * *

Awan mendung masih menyelimuti langit Ibu kota pagi ini. Mendung yang bergelayut, sepertinya sebentar lagi akan berganti dengan guyuran hujan yang deras. Hilir mudik aktifitas harian Ibu Kota yang tak pernah tidur, tak ubahnya seperti pasukan semut yang berjalan tanpa lelah mencari sebutir nasi dan remahan gula.

"Launa!!! Seorang lelaki memanggil satu nama tanpa keluar dari sebuah mobil sedan hitam. Gadis yang setengah berlari tersebut akhirnya terhenti mendengar namanya di panggil. Ia lantas menoleh dan menemukan seseorang melambai kecil ke arahnya.

"Nanti Ayah nggak bisa jemput ya. Kamu pulang naik taksi aja!!"

"Siap Yah..!!!" Seru gadis cantik bernama Launa dengan surai wajah bahagia.

"Belajar yang rajin ya sayang."

"Iya Ayah, hati-hati."

"Bye sayang."

"Bye Ayah."

Gadis manis bernama Launa itu, berjalan ringan menuju gerbang salah satu sekolah swasta international ibukota. Ayunan tangan dan hentakan kaki mengalun senada seirama. Segulum senyum merekah menghiasi sudut bibirnya yang cantik. Sepertinya gadis itu memulai hari yang indah di senin pagi ini.

Bruk...

Karena terlalu antusias, gadis berambut panjang itu tak melihat ada polisi tidur yang terlentang disana. Ia pun terjerembab menyeruduk berlutut ke tanah, "Awww..." rungutnya pelan. Tampak telapak tangannya sedikit tergores akibat mencoba menahan berat badannya, "Eh.. apa ini? Eh... Eh," tak berapa lama, gadis itu dikejutkan saat seorang laki-laki menarik ranselnya keatas. lelaki tersebut hendak membantunya untuk berdiri dengan cara yang tak biasa.

Setelah memastikan Launa berdiri dengan tegak. Si laki-laki berpostur sekitar 184 cm tersebut berlalu tanpa memperlihatkan wajahnya.

"Eh.. kok? Maen ngeloyor aja," rungut Launa sembari mengibas-ngibas rok barunya yang sedikit terkena debu.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang