Hujan Ke_20

155K 13.2K 1K
                                    

Jangan lupa ramaikan setiap paragraf dengan komen dong

Bantu Karang - Launa berburu penerbit dengan spam komen sebanyak-banyaknya

Yuk bisa 1000 komen setiap part

Happy reading

*
*
*
*
*

Sesungguhnya di balik kata maaf
yang kuucap
Ada janjiku untuk menjadi lebih baik
Dan tak mengulangi kesalahan yang sama.

"Launa Felicia Damaris"

"Launa Felicia Damaris"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *

Dua minggu berlalu semenjak Karang mulai menjauhi Launa. Perang dingin di antara keduanya seakan belum akan berakhir. Mengingat Karang yang tak juga ingin melakukan genjatan senjata meski Launa telah lama mengangkat bendera putih tanda menyerah.

Karang juga memilih untuk tak lagi duduk di belakang Launa seperti biasa. Di hari pertama Ketegangan di antara mereka di mulai, Karang langsung meminta Ragil siswa yang duduk di dekat koridor untuk segera bertukar tempat duduk dengannya.

Teguran Bu kinanti selaku wali kelas pun tak Karang dengarkan. Siswa pintar itu hanya menjawab si guru cantik dengan santai, "Masih mending saya pindah tempat duduk Bu. Bukan minta pindah kelas," jawaban singkat Karang seakan menjadi jawaban mematikan Buat Bu Kinanti. Karang adalah salah satu siswa terpintar di sekolah. Jadi suatu kebanggan buat Bu Kinanti bisa memimpin kelas yang berisi anak spesial seperti dia.

Segala macam cara Launa lakukan untuk mendapatkan kata maaf dari Karang. Namun semua usaha itu berakhir sia-sia. Karang seakan pura-pura tak pernah melihat atau menerima permintaan maaf tulus yang Launa Minta.

Gadis itu saat ini semakin sadar. Jika ia bukan saja telah kehilangan Karang. Tapi ia juga kehilangan semua sahabat yang ia miliki. Thalia dan Gladis pun secara samar mundur menjauh darinya. Launa tak disertakan lagi dalam kelompok belajar. Launa hanya bisa menatap sayu saat mereka asyik bercanda di sekolah tanpa ada salah satu dari mereka yang berniat mengajaknya beegabung. Launa juga tak di sertakan ketika akhir pekan datang seperti akhir pekan sebelum-sebelumnya. Gadis itu benar-benar sendiri. Ia benar-benar kehilangan laki-laki yang ia cintai sekaligus sahabat berharga yang ia miliki.

*****

Tok..tok..tok..

Syerlo mengetuk pintu kamar Launa yang tak tertutup rapat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tetapi Syerlo belum melihat si bungsu menuruni tangga untuk berangkat sekolah seperti biasa di senin pagi itu.

"Sayang. Kamu tidak sekolah?" Launa terbangun mendengar pintu kamarnya di ketuk seseorang. Ia lantas menoleh dan menemukan Syerlo sedang berdiri di ambang pintu.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang