Hujan Ke_3

372K 25.1K 1.3K
                                    

YUK SUPPORT 5K FOLLOWER

Sebelum membaca, jangan lupa vote
dan ramaikan kolom komentar ya.

Jangan jadi silence riders
Atau jadi tuyul yang datang ngendap-ngendap.
Satu vote dan comment kamu sangat berarti.

Jadi mohon hargai karya kami
Dengan memencet tanda bintang
Dan meramaikan kolom komentar.


happy reading

*
*
*
*
*

Satu orang sahabat yang mengerti
air matamu
Jauh lebih berharga
Daripada banyak sahabat
Tetapi mereka hanya tahu senyummu.

Satu orang sahabat yang mengertiair matamu Jauh lebih berhargaDaripada banyak sahabatTetapi mereka hanya tahu senyummu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *


Bel istirahat nyaring terdengar hingga ke seantero sekolah. Menandakan pelajaran kedua hari ini telah usai. Satu persatu para siswa meninggalkan ruang kelas mereka. Ada yang segera ke kantin karena hukum alam yang mengharuskan untuk segera diisi, namun ada pula yang memilih hanya di dalam kelas sekedar menyelesaikan tugas yang sekiranya harus di kumpulkan sore nanti.

"Hai," sebuah suara menyapa Launa dari belakang dan sejurus kemudian gadis itu sudah duduk di hadapan Launa.

"Hai," balas Launa sedikit canggung.

"Nama lo Launa kan? Kenalin gue Thalia," ucapnya sembari mengulurkan sebelah tangan. Launa lantas membalas uluran tangan gadis berambut coklat tersebut.

"Gue duduk di bangku dekat koridor," jelasnya sambil menujuk arah bangku yang berada di dekat koridor.

"Nama lo cantik. BTW rata-rata yang bersekolah di sini kebanyakan anak-anak dari ya__ begitulah. Lo pasti udah tau kan tentang sekolah kita sebelum lo masuk ke sini."

Launa mengerutkan dahi tak mengerti, "Maksud lo?"

"Maksud gue, orang tua lo kerja apa?"

Mendengar pertanyaan ajaib dari cewek di depannya, membuat Launa sedikit terkejut. Bagaimana tidak, baginya pertanyaan seperti itu sama sekali tak penting untuk dipertanyakan. Untuk seseorang yang baru ia kenal, Launa merasa pertanyaan itu sedikit kasar dan membuatnya tersinggung, "Penting ya buat gue jawab!"

"Nggak penting juga sih. Tapi gue penasaran aja."

"Apa semua anak-anak di sini lo tembak dengan pertanyaan yang sama?"

"Mmm... nggak juga. Tapi kadang gue penasaran sama beberapa orang yang baru pertama gue kenal."

"Jadi, boleh dong kalo gue gak jawab pertanyaan lo?!"

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang