Hujan Ke_18

154K 12.9K 1.1K
                                    

Jangan lupa ramaikan setiap paragraf dengan komen dong

Bantu Karang - Launa berburu penerbit dengan spam komen sebanyak-banyaknya

Yuk bisa 1000 komen setiap part

Happy reading

*
*
*
*

Aku tak menyalahkan siapa pun
Untuk luka hati dan rasa kecewa
Aku hanya menyalahkan diri sendiri
Yang berharap pada sesuatu
Yang tak pasti

"Karang Samudra"

"Karang Samudra"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Lon.." Terdengar panggilan lembut seorang laki-laki dari belakang sembari memegang pundak kecil Launa dengan sweeter rajut hijau yang masih menggantung, "Pulang yuk," Lanjut suara tersebut yang ternyata adalah Genta.

Launa menapik tangan Genta yang menggantung di pundaknya. Lantas ia beranjak berjalan pelan tanpa mempedulikan Genta yang setengah mati khawatir dengan keadaannya.

"Lon," Lelaki itu mencoba meraih tangan Launa yang sudah tak bertenaga.

"Aku mau sendiri dulu Ta. Plissss," dengan datar dan tanpa expresi, Launa berusaha mengatur hati dan suaranya yang bisa saja meledak saat melihat lelaki itu.

Padahal Launa sangat mengerti. Tak seharusnya ia melampiaskan segala kesalahan perihal hati yang tak bisa ia kendalikan pada Genta. Genta tak melakukan kesalahan apapun. Ia hanyalah seorang tamu yang mencoba mengetuk pintu hati Launa.

Salah siapa jika Genta akhirnya memasuki rumah yang telah ada penghuninya? Kemudian memporak-porandakan segala isinya? Bahkan melukai salah satu penghuni yang ada di dalamnya. Jawabannya sudah pasti tanpa harus mencari tahu jawabannya.

Launa kembali meneteskan airmata dalam kebisuan saat gadis itu teringat kembali hari di mana ia bahagia oleh celotehan seorang lelaki yang kadang membuat ia jengkel dan kesal secara bersamaan. Ia teringat lagi, wajah tampannya yang berjalan cuek di koridor sekolah dengan dua ransel yang di jinjing asal oleh jari lentiknya. Ia teringat kembali raut kesal nan menggemaskan lelaki itu, saat ia mengoyak tubuh tegapnya hanya untuk membantunya mengerjakan tugas.

Lelaki itu adalah Karang Samudra Daneswara. Siswa tak tersentuh, yang akhirnya takluk oleh gadis seperti Launa. Namun cinta itu menghentakkanya dengan begitu keras sebelum ia sempat merasakan arti cinta yang sesungguhnya.

*****

Angin laut menghempas wajah sendu Karang yang sesekali meneteskan airmata kesedihan. Hidup yang ia miliki tak ubahnya seperti pasir pantai yang dipaksa gelombang untuk tenggelam bersama.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang