Hujan Ke_14

177K 15K 1.8K
                                    

Pada hati yang belum sempat aku miliki
Terima kasih telah mengajarkanku
Arti berjuang dalam kesendirian.

_Karang Samudra

_Karang Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *

Ketika cinta sudah menguasai hati, rasa malu seakan menghilang tak berbekas. Mungkin inilah yang dirasakan Karang saat ini. Mungkin ia tak bisa mendeskripsikan makna dari cinta. Karena bagi remaja itu, mencintai seseorang tak perlu alasan apalagi mendeskripsikannya.

Perlakuan kecil kerap Launa terima dari Karang. Mulai dari makanan dan minuman yang tiba-tiba sudah ada di atas meja, Lks baru yang lengkap dengan kunci jawaban, tempat duduk yang awalnya bergoyang, kini sudah tidak ia rasakan lagi. Ada juga saat Launa bersin di kelas, tanpa aba-aba Karang segera mematikan AC.

Pernah suatu hari saat Launa tiba-tiba meringkuk di taman belakang sekolah. Saat itu, ia sedang bercanda gurau dengan Gladis dan Thalia sahabatnya. Tiba-tiba Launa merasakan sakit yang luar biasa di area perutnya. Keringat dingin mulai keluar dan  wajahnya pun pucat pasi. Thalia yang gugup melihat perubahan mendadak sahabatnya tersebut, berusaha menolong dengan mencoba memapah tubuh Launa. Tetapi jangankan untuk berjalan, untuk bangun saja rasanya Launa sudah tak mampu.

Thalia yang panik, segera mengedarkan pandangan mencari siswa yang bisa ia mintai pertolongan. Dan saat itu sebongkah manusia tinggi menjulang, berjalan di koridor dekat taman, "RANG..!!! KARANG...!!!" Thalia yang melihat Karang berjalan  bersama Orion berteriak memanggil lelaki tersebut, "LAUNA... BANTUIN...!!!" lanjut Thalia sembari menunjuk Launa yang meringkuk di kursi taman.

Melihat Launa yang bersender lemah, membuat Karang panik dan tak berpikir panjang lagi. Ia berlari meloncati dua pagar besi yang memisahkan taman belakang dengan koridor tempat ia berjalan, "Launa!!! Launa!!!" Panggil lelaki itu dengan rasa khawatir.

"Perut gue," desah launa pelan.

Karang segera menempatkan tubuh Launa di atas punggungnya, lantas ia segera berlari menuju ruang UKS.

Dalam perjalanan Launa merasa mual, "Rang turunin gue. Gue mau muntah."

"Muntah aja."

"Tapi Rang?"

"Nggak apa-apa. Muntah aja."

Launa yang tak tahan, segera mengeluarkan isi perutnya ke baju, celana dan sepatu lelaki itu. Muntahan Launa pun berserakan di sepanjang koridor sekolah.

"Dia kenapa Rang?" tanya Dokter.

"Kayaknya maagnya kambuh Dok?"

"Dia punya riwayat Maag ya?"

"Iya. Dia punya riwayat maag akut."

"Saya periksa dulu ya," Dokter Dian mulai memeriksa Launa yang terlentang di atas ranjang UKS, "Iya nih. Lambungnya full banget Rang. Pantesan dia lemes kayak gini. Itu di baju kamu muntahan dia?"

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang