Hujan Ke_6

225K 17.6K 1.4K
                                    

Jangan lupa vote dan coment ya
Tinggal klik aja

Happy reading

*
*
*
*

Air mata yang menetes
bukan pertanda
hujan akan turun
Namun hanya rasa rindu
Yang ingin mencari tempat untuk berlingdung

"Karang samudra"

"Karang samudra"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *

Sejak lahir sampai berumur sebelas tahun, Karang dititipkan di rumah Pramesti Kakak perempuan dari Pramana yang tinggal di Amerika. Karang adalah anak yang tak pernah diterima kehadirannya oleh Andira. Andira sangat membenci Karang putranya tersebut. Kehadiran Karang dalam hidupnya, ia anggap sebagai sebuah aib dan malapetaka.

Dengan alasan kesehatan istrinya, dengan berat hati, Pramana merelakan Karang untuk diasuh sementara oleh Pramesti dan suaminya. Pramana tak pernah tahu apa yang telah dilalui oleh anak itu. Semenjak Karang dititipkan di sana, tak pernah sekali saja Pramana menjenguk putranya yang malang.

"Akhgh!!! sssshhhh!!!" Karang merasakan sakit kepala yang luar biasa, "Aghkkk!!! Sakit ba_nget...!!!" Karang menarik rambutnya sekeras mungkin.

"Mas Karang," seseorang  dari belakang menepuk pundaknya perlahan, membuat Karang mendongak dan menghentikan erangannya.

"Eh Mang Kodir," sapanya lirih dengan pandangan aneh.

"Kenapa ujan-ujanan di luar mas. Ayo masuk."

"Mang Kodir udah kemana?"

"Oh. Mamang udah keluar beli gorengan Mas, tapi udah habis. Jadi Mamang ganti beli udang tepung."

"Kayaknya enak nih udang tepungnya. Saya minta satu ya Mang," Karang menyerobot sepotong udah tepung yang terbungkus kertas makan berwarna coklat.

"Eh bukannya Mas__," belum selesai Kodir dengan ucapannya, udang tepung tersebut sudah berpindah ke dalam mulut Karang.

"Aku ambil satu lagi ya Mang."

"I-iya Mas," Kodir menggaruk kepalanya bingung. Ia tampak aneh melihat gelagat tuan mudanya yang terlihat berbeda. Tatapan mata Karang kali ini terlihat lebih kuat. Tak seperti mata Karang yang sebelum-sebelumnya yang selalu terlihat teduh dan hangat saat dipandang.

"Mbok...!!!" Karang mengagetkan seorang wanita lanjut usia yang sedang mencuci gelas kotor bekas minuman.

"Ehh, Mbok.. Mbok..!! Astagfirullah halajim Mas K____," Wanita yang bekerja sebagai ART selama puluhan tahun tersebut memutus kalimatnya, "Mas Ag-ha?" Lanjut ART bernama Jumirah tersebut. Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang