Hujan Ke_15

174K 14.4K 1.7K
                                    

Jangan lupa vote dan comment yah
Tinggal klik aja

*
*
*
*

Waktu tidak akan pernah menyembuhkan rasa sakit emosional
Aku hanya perlu belajar
Bagaimana cara melepaskannya

"Karang samudra"

"Karang samudra"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * * * *

Dengan senyum mengembang, Karang dan Launa berpisah di depan parkiran sebuah warteg yang baru saja mereka kunjungi. Ini adalah kali pertama mereka berdua menghabiskan waktu bersama tanpa teman-teman yang lain. Sejatinya hari ini Karang ingin mengajak Launa makan di tempat yang romantis seperti janjinya waktu itu. Tapi malah berakhir dengan Launa yang meminta di ajak ke kebun Binatang.

"Rang liat deh ularnya gede banget...!!!" Gadis itu begitu exited melihat ular piton raksasa untuk pertama kali.

"Jangan ngomong kenceng-kenceng lo. Bikin malu gue aja."

"Iya, iya."

"Rang...! Liat deh. Jerapahnya tinggi banget..!!!" Launa kembali histeris melihat jerapah yang menjulang di hadapannya.

"Ish. Jangan teriak gue bilang..! Norak banget sih lo!" Bisik Karang geram.

"Iya, iya, gue lupa. Sawry Bos."

"Teriak lagi, gue tinggal lo!"

"Iya. Nggak lagi."

Tapi janji Launa hanya tinggal janji. Tak berapa lama berselang, gadis itu kembali berteriak, "Rang...!!! Coba liat..!!! Si_nga_nya___" belum sempat Launa menyelesaikan ucapannya, Karang sudah meringsut meninggalkan gadis itu di keramaian.

"Ihhhh jahat banget sih! Rang...!!! Tungguin...!!!" Launa berlari mengejar Karang yang sudah berjalan jauh di depan.

Namun Karang tak peduli. Ia tak menghiraukan panggilan gadis itu. Ia tetap berjalan cepat meninggalkan Launa yang mengejarnya di belakang.

"Rang...!!! Tung___"

Braakkkkk...

Dua orang anak laki-laki yang sedang bemain kejar-kejaran, menabrak Launa hingga terjerembab ke sebuah parit  kering, "Awww.." Launa meringis.

Kedua anak tersebut terus berlari tanpa mempedulikan Launa yang nyungsep karena ulah mereka.

Karang yang sesekali menoleh ke belakang, kali ini tak mendapati bayangan Launa. Karang yang merasa khawatir memutuskan untuk berbalik mencari gadis itu, "Oh God," Karang melihat seorang Ibu dan dua orang laki-laki membantu Launa keluar dari parit, "Lon. Lo kenapa?"

"Kamu temennya?" Tanya si Ibu.

"Iya Bu."

"Sepertinya kaki teman kamu terkilir," sambung seorang lelaki yang sedang memegang kaki Launa.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang