Haiiii^^
Gimana kabarnya?
Buatku kemarin minggu ter-hectic yang pernah ada. Aku baru aja sidang magang dan pengajuan skripsi, banyak yang perlu diurusin apalagi aku ambil percepatan jadi tambah-tambah aja deh syaratnya 😭😭😭 (doakan aku ya guys karena dari awal kuliah, cita-citaku lulus lebih cepat 🥺❤️)
Btw adakah yang kuliah di Sastra Korea atau punya kenalan mahasiswa Sastra Korea? Kalau ada dan berkenan tolong kontak aku ya karena aku butuh sedikit bantuan untuk skripsiku huhu
Oke, daripada pusing-pusing kita baca dulu ya chapter 4 dari cerita ini. Semoga sedikit menghibur ❤️
Happy reading!^^
~°~°~
Satu hal yang lebih Jun benci daripada seorang manusia.
Lautan manusia.
Pria itu mendecak begitu kakinya melangkah memasuki swalayan. Manusia bertumpuk di setiap sudut. Kebanyakan dari mereka tidak datang sendirian sehingga memperbesar kerumunan. Meski hari sudah malam, manusia masih bergerak untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jun benar-benar tak habis pikir mengapa makhluk fana seperti mereka mau repot-repot bekerja keras kalau ujung-ujungnya akan mati.
Ya, Jun tidak mengerti dan mungkin tak kan pernah mengerti.
Salah satu alasan mengapa Jun sangat membenci manusia ... karena ia tak bisa merasakan apa yang mereka rasakan.
"Bisakah kau membantuku mendorong troli?"
Atensinya beralih pada gadis yang berjalan di sampingnya. Gadis itu menunjukkan raut wajah memelas, membuat Jun otomatis mengerang. Gadis itu otomatis bergeser satu langkah menjauhinya.
"Baik, kubawa sendiri," ucapnya kemudian menarik troli dan mulai mendorongnya menyusuri jajaran rak peralatan mandi.
Jun memasukkan tangannya ke dalam saku. Diikutinya gadis itu dari belakang, berusaha senormal mungkin. Namun lagi-lagi ada hal lain yang dibencinya.
Jun sangat benci menjadi pusat perhatian.
Ke mana pun ia pergi, Jun memancarkan aura yang berbeda. Jun memang berbeda. Sesuatu dalam dirinya selalu menarik atensi orang-orang sekalipun ia mati-matian menutupinya. Bukan masalah ketampanan yang jelas dimiliki pria berkulit pucat itu. Tubuhnya seolah-olah memiliki magnet yang mampu menarik perhatian makhluk lain kapan pun, di mana pun.
Sekarang lihatlah manusia-manusia memuakkan itu. Sementara Yoon (Y/n) sibuk dengan keperluan pribadinya dan mengabaikan Jun, manusia-manusia lain melekatkan pandangan pada pria itu. Pria, wanita, dewasa, dan anak-anak, semuanya akan melirik ketika berpapasan dengannya.
Jun mengumpat pelan. Ia menyesal tidak memakai pakaian bertudung untuk menutupi rupanya. Namun ia lebih menyesal lagi untuk setuju mendatangi kerumunan manusia.
"Heh anak manusia," panggil Jun pelan, berusaha tak menarik atensi lebih banyak.
Gadis itu masih sibuk melihat-lihat rak camilan, namun menyahut, "Kenapa?"
"Masih lama? Ayo cepat," balasnya.
Gadis itu meraih beberapa camilan dan memasukkannya ke dalam troli. "Aku harus membeli produk perawatan wajah."
Tanpa menoleh, gadis itu mendorong troli ke arah lain. Membuat Jun mau tak mau mengikutinya.
Semakin lama rasanya semakin aneh saja. Manusia-manusia itu tak hanya melirik Jun, kini malah terang-terangan menatapnya. Beberapa bahkan berhenti cukup lama demi memandangi wajah tegasnya. Semakin banyak manusia berkerumun di sekelilingnya. Sayangnya gadis yang diikutinya sama sekali tak punya sense untuk menyadari kejanggalan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Star [Seventeen Imagine Series]
FantasyApakah kau percaya bahwa di dunia ini ada makhluk selain manusia? Bukan ... bukan hewan atau tumbuhan. Makhluk ini persis seperti manusia, hanya saja lebih kuat dan memiliki kemampuan unik. Mereka hidup selayaknya manusia; bekerja, bersekolah, makan...