12

533 102 258
                                    

Asdfghjkl komennya banyak aku terharu dah lama gak bacain komen rentetan gini makasih banyak banyak banyak ini aku langsung nulis lagi 😭❤️

Semoga multimedianya muncul soalnya udah berapa kali aku update pake foto ilang pas ke-publish 🥲


Happy reading!^^



~°~°~



Jun sudah tahu ia akan menyesali perbuatannya ketika ia menahan tangan Yoon (Y/n) yang hendak membuka pagar rumah. Gadis itu langsung membalikkan tubuh. Menatap tepat di kedua bola matanya. Membuat tubuhnya seketika terpaku. Sejenak melupakan apa yang hendak ia katakan.

"Kenapa, Jun?"

Suara lembut itu akhirnya kembali terdengar setelah satu jam. Akibat aksi nostalgia tiba-tiba yang membuat kedua insan itu pecah, tak satu pun dari mereka membuka suara. Keduanya menghabiskan waktu setengah jam duduk di ayunan masing-masing sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang. Junlah yang saat itu menginisiasi hal tersebut. Namun entah mengapa tiba-tiba saja ia yang tidak ingin masuk.

"Maukah kau mendatangi satu tempat lain?" tanya Jun setelah cukup lama berpikir.

Gadis itu tersenyum tipis. Senang bahwa rupanya bukan hanya ia yang ingin pergi bersama. Dengan senang hati ia mengangguk. "Tentu. Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi?"

Jun memalingkan wajah. Sejujurnya ia juga tidak tahu tempat mana yang mesti dituju. Tetapi, ketika matanya tanpa sengaja menatap langit, ia mendapatkan sebuah pencerahan.

"Apa kau mau melihat bintang?" tanya Jun sambil menatap kembali gadis itu. Jun bersumpah ia dapat melihat binar cantik terpancar dari kedua bola mata yang bertemu dengannya.

Gadis itu mengulas sebuah senyum. "Tentu! Di mana kita bisa melihat bintang dengan jelas?"

Bukannya menjawab, Jun malah membalikkan tubuh memunggungi gadis itu. Membuat si lawan bicara mengerjap bingung. Tanpa memberinya waktu bertanya, Jun langsung berujar, "Naik."

"Ehh? Sungguh?" tanya gadis itu bingung. Alih-alih naik ke punggung Jun, ia berjongkok di samping pria itu dan memiringkan kepala. "Kau yakin mau menggendongku? Ini sungguhan Jun, kan? Aku tidak salah membawa orang pulang?

"Atau jangan-jangan kau sakit?

"Vampir bisa sakit tidak sih?" Gadis itu menyentuh kepalanya, seperti ingin mengingat sesuatu. "Aku tidak ingat pernah melihat kau, Ayah, Paman Joshua, atau Bibi Jessi sakit sih."

Jun memutar bola mata dengan jengah. Baru saja ia merasakan simpati, melihat gadis itu dengan sudut pandang yang lain, berpikir bahwa manusia itu--Jun agak geli mengakuinya--cukup hebat. Sekarang gadis itu kembali ke pribadi awalnya. Menyebalkan.

Tidak bisakah ia menerima saja tawaran Jun? Bukan hal mudah bagi pria itu untuk bersikap ramah. Namun usahanya malah dijadikan bahan lelucon garing.

"Mau naik tidak?" tanyanya kesal.

Gadis itu tersenyum lebar. Buru-buru ia naik ke punggung Jun, takut pria itu mendadak berubah pikiran. Kapan lagi, kan, ia bisa menghabiskan waktu dengan Jun tanpa penolakan seperti ini? Apalagi kali ini Jun-lah yang mengajaknya pergi.

"Ayo! Ayo!" seru gadis itu dengan semangat. Hampir terdengar seperti anak kecil yang dijanjikan membeli mainan impiannya.

Seulas senyum sempat mampir di wajah Jun. Ia gunakan lengannya untuk memeluk kaki gadis itu sebelum beranjak, memastikan agar posisinya aman. Setelah yakin ia menggerakkan kakinya.

Fallen Star [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang