11

442 102 72
                                    

Hai❤️

Happy Carat Day for all my beloved readers 🥰

Happy reading!^^



~°~°~



Yoon (Y/n) tak bisa berhenti tersenyum sepanjang perjalanan. Ia sesekali melirik ke samping, memastikan pria yang berjalan berdampingan dengannya tak berubah pikiran.

Ini adalah kali pertamanya berhasil mengajak Jun pergi tanpa makian kasar atau wajah masam. Biasannya Jun akan menolak mentah-mentah dan ia berakhir pergi dengan Jessie atau Joshua. Sekalipun berhasil—dengan ancaman akan dilaporkan pada Jeonghan—mereka hanya ke mini market ataupun supermarket. Namun kali ini Jun mengikuti langkahnya tanpa satu pun protes.

Pria itu mengenakan kupluk jaketnya dan berjalan sambil menatap lurus ke depan. Wajahnya datar, tapi paling tidak mereka jalan-jalan bersama.

Di sisi lain, Jun tengah merutuki diri. Bisa-bisanya ia mengikuti gadis di sampingnya tanpa berpikir.

Jun sungguhan tidak ingat bagaimana akhirnya ia berada di luar. Bak dihipnotis pria itu hanya melamun sepanjang jalan—bahkan tidak tahu apa yang dilamunkan. Sadar-sadar karena ia mencium bau manusia yang tidak familier. Saat meneliti sekitar ia melihat seorang manusia berjalan di seberang dengan arah berlawanan.

"Kau bilang—" Jun tiba-tiba menghentikan protesannya. Tidak ... ia tidak ingin kembali ke rumah entah mengapa. Rasanya cukup menenangkan berjalan-jalan berdampingan seperti ini, menikmati hangat sinar matahari, dan mencium aroma pepohonan di sisi jalan.

Tunggu ... apa yang kau pikirkan, Jun?!

Gadis itu menolehkan kepala. Sedikit memiringkannya agar dapat melihat wajah Jun lebih jelas. Ada raut masam bercampur panik di sana. Entah apa alasannya. Mungkinkah karena ada manusia lain di seberang sana?

"Hanya satu kok," ucap gadis itu sambil menatap lurus ke depan. Kedua tangannya bersembunyi di belakang. "Lagi pula, kan, aku bilang tidak banyak manusia. Bukan tidak ada manusia."

Jun mendelik. Gadis itu selalu memiliki alasan. Bicara dengan siapa pun, mengenai topik apa pun, tak pernah satu kali saja Jun mendapati gadis itu kehilangan kata. Bahkan sekelas Jeonghan sekalipun--makhluk paling cerewet yang pernah Jun temukan--bisa ditaklukkan gadis itu dengan mudah.

Apa jangan-jangan gadis itu bukan manusia biasa ya?!

Apa dia penyihir?!


"Jun ...?"

Panggilan halus dari gadis di sampingnya menarik Jun dari lamunan. Pria itu segera menoleh. Netranya bertemu gadis itu. Dahinya berkerut seolah-olah ada sesuatu yang cukup membuatnya bertanya-tanya.

"Mengapa kau terlihat seperti memikirkan hal-hal buruk tentangku?"

Penyihir sungguhan?!

Jun langsung menampar pipinya sendiri. Cukup keras sampai menimbulkan bunyi dan bekas kemerahan di pipi. Gadis itu terkesiap, pun dengan Jun yang terkejut dengan kelakuannya sendiri.

"Kau ... baik-baik saja?" tanya gadis itu terkesan khawatir.

Jun melirik sekitar. Beruntung hanya ada mereka berdua di sana sehingga Jun tak perlu menanggung malu lebih besar lagi. Buru-buru ia meraih tangan gadis itu dan mempercepat langkah. Sedikit membuat gadis itu terseret-seret.

Fallen Star [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang