8

707 141 54
                                    

HEY BESTIEEE❤️

Ini fotonya gak nyambung sama isinya sih tapi CAKEP BANGET asdfghjkl 😭😭😭

Siapa yang terjunpi-junpi comeback ini? Hayo ngaku 😭☝️

Mungkin yang baca cerita-cerita sebelah udah bosen denger aku ngomong gini, tapi Junpi era ini cakep banget ya ampun aaaaaaaaa aku akhirnya tidak oleng 😭😭😭😭😭

Oke, intronya kebanyakan wkwkwk gak papa ya? Ceritanya juga panjang kok 🥲


Happy reading!^^



~°~°~



Jun mengintip keluar kamar melalui lubang pintu. Matahari masih sembunyi, tetapi sudah gaduh di depan sana. Dilihatnya dua sosok familier di ruang televisi. Berhadap-hadapan dan tampak sedikit beradu argumen.

"Ini masih terlalu pagi," ucap pria berambut pirang, Jeonghan. Ia masih mengenakan seragam operasi. Tampaknya terlalu lelah sehingga langsung pulang tanpa mengganti pakaian.

Di hadapannya berdiri seorang gadis—siapa lagi kalau bukan anaknya—yang sudah rapi dengan pakaian joging. Ia mengenakan sport bra merah muda dibalut jaket parasut putih, lengkap dengan celana jogger putih bergaris hitam. Jelas pakaian itu membuat Jeonghan si Ayah Protektif merengut. Namun bukan itu alasan utamanya tampak kesal.

"Namanya olahraga ya jelas pagi, Yah," balas gadis itu dengan tenang. Tidak ingin membuat keributan di pagi hari.

"Memangnya tidak bisa tunggu mataharinya naik?" tanya Jeonghan, masih keberatan.

Gadis itu tersenyum, berusaha meyakinkan sang ayah. "Kalau terlalu siang panas, Yah. Nanti cepat lelah. Lagi pula aku, kan, tidak sendiri."

"Pergi dengan siapa?" tanya Jeonghan lagi.

Jun tak habis pikir melihat gadis itu masih saja tersenyum. Kalau Jun yang ada di posisinya, sudah dipastikan sebelah kaki Jeonghan tertekuk karena tendangannya. Bukankah pria itu bereaksi berlebihan? Gadis itu sudah cukup dewasa untuk beraktivitas sendirian. Paling tidak bagi Jun.

"Jihoon," balasnya.

Jeonghan tampak semakin tak senang. Tentu saja sebagai ayah protektif yang lebih pantas disebut ayah menyebalkan bagi Jun, Jeonghan sangat tidak tenang membayangkan gadis "kecil" itu pergi sebelum matahari terbit bersama seorang laki-laki. Tapi Jun lebih tidak mengerti lagi ternyata gadis macam Yoon (Y/n) bisa juga memiliki teman, khususnya laki-laki.

Tahan sekali lelaki itu mendengar ocehan tidak jelasnya. Begitulah kira-kira yang Jun pikirkan dalam hatinya.

"Kau yakin mau pergi dengannya?" tanya Jeonghan agak kesal.

Gadis itu mengangguk mantap. "Tentu saja. Dia teman baikku. Lagi pula Ayah pernah lihat, kan? Apa menurut Ayah dia terlihat mengancam atau semacamnya?"

"Tidak sih," balas Jeonghan pelan. "Tapi Ayah hanya melihatnya sekilas!"

"Ayah percaya padaku?" tanya gadis itu lagi. "Kalau Ayah percaya harusnya tidak apa-apa. Lagi pula tidak jauh-jauh kok Yah. Kami hanya ingin joging, mencari sarapan, dan minum kopi. Siang juga sudah pulang."

Tipikal pria lemah terhadap orang-orang yang dikasihi. Jeonghan tidak mungkin mengatakan tidak pada gadisnya seberapa pun beratnya permintaan itu. Dan dengan sebuah anggukan, gadis itu bersorak bahagia. Ia memeluk Jeonghan erat, mencium pipinya, kemudian berlari ke arah tangga.

"Dadah Ayah! Selamat istirahat!" serunya sambil menuruni tangga.

Jeonghan memperhatikan gadis itu sampai keluar rumah. Begitu pintu depan tertutup, ia langsung masuk ke kamarnya dan beristirahat. Mengisi energi yang terkuras karena melakukan pekerjaan manusia yang bertentangan dengan insting alamiahnya.

Fallen Star [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang