9

560 118 107
                                    

Haiiiii, aku kembali!!! Siapa yang kangen???

Sebelum ngobrol-ngobrol ayo dibaca dulu secuil update di cerita ini 🤗 semoga menghibur dan sedikit membayar kerinduan kalian.


Happy reading!^^



~°~°~



Lautan manusia.

Jun lagi-lagi harus menyambangi lokasi yang amat dibencinya hanya untuk satu orang manusia. Pria itu tidak percaya seorang gadis menyebalkan dan menganggu bisa membuatnya melakukan hal yang mustahil.

Tapi di sinilah Jun sekarang. Di sebuah lahan parkir yang dipenuhi oleh kendaran roda empat memuakkan.


"Huek ...."


Ohh ... dan jangan lupakan kondisinya yang cukup memprihatinkan. Mabuk darat. Tapi jangan salahkan Jun, ini adalah kali pertamanya dalam hidup mengendarai kendaraan bermesin. Dan Jun bersumpah tidak akan mau—dalam kondisi apa pun—mengendarainya lagi.

Jun sudah punya firasat buruk begitu naik ke sedan hitam milik Joshua. Aroma di dalamnya aneh: campuran bunga dan mesin yang baru dinyalakan. Belum lagi ada udara dingin keluar dari lubang-lubang persegi di bagian atas. Sungguh membuat kepala pusing lalu berkembang menjadi mual dan tara ...!

Mabuk darat.

"Itulah mengapa kau tidak boleh angkuh dan harus belajar menjadi manusia, Jun. Di zaman ini kita perlu beradaptasi."

Pria itu mendelik. Jessie selalu begitu. Memberikan saran-saran atau perintah kolot seolah Jun adalah anak kecil. Lebih memuakkannya hal itu sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Jun tidak habis pikir mengapa wanita itu selalu mendapat penghargaan guru favorit setiap kali mengajar di taman kanak-kanak. Padahal di matanya Jessie selalu menyebalkan. Kalau saja ia bukan kekasih dari saudaranya, Jun sudah pasti tidak mau mendengarkan.

"Ini," ucap Joshua sambil menyodorkan sebotol air mineral. Mimik wajah Jun langsung berubah. Tampak jelas ingin melancarkan protes. Tetapi, sebelum terjadi Joshua bicara, "Kumur-kumur. Bukan untuk diminum kok."

Akhirnya Jun menerima botol air mineral itu dan kumur-kumur. Sudah cukup ini kali terakhir ia mau menyulitkan diri sendiri untuk seorang manusia. Setelah hutangnya lunas, ia akan pastikan tidak perlu berurusan lagi dengan manusia mana pun.

"Sudah tanggung sampai sini," ucap Joshua sambil melirik sekitar. "Aku ikut saja ke dalam. Sekalian lihat-lihat."

"Terserah," balas Jun lemas. Lagi pula sepertinya Jun memang membutuhkan Joshua lebih lama lagi.

Joshua melirik Jessie dan tersenyum. Pria itu menggandeng tangan kekasihnya lalu melangkah memasuki gedung.

Keberuntungan tampaknya sedikit memberi belas kasih. Mesin roda empat yang mereka tempati terparkir di lantai empat, tepat di area pakaian sehingga Jun tidak perlu menambah pengalaman dengan teknologi manusia lainnya.


Pusat perbelanjaan. Seumur hidupnya Jun tidak pernah satu kali pun berpikir akan datang ke tempat itu. Terlalu banyak manusia. Supermarket saja sudah terlalu sesak baginya. Apalagi gedung setinggi enam lantai ini. Ada ratusan toko di dalamnya. Bayangkan ada berapa ribu manusia di tempat itu. Manusia yang bisa tersihir dan tunduk padanya sekalipun ia tidak ingin.

Jun mengembuskan napas panjang. Ingatan mengenai insiden supermarket membuat seluruh tubuhnya mendadak terasa dingin. Beruntung kali ini ia telah mempersiapkan diri. Pria itu memakai tudung mantelnya hingga menutupi sebagian besar wajahnya.

Terlalu banyak manusia.

Jun menggertakkan gigi. Tangan yang ia masukkan ke dalam saku mantel turut mengepal. Sesak .... Rasa-rasanya napas Jun bisa berhenti kapan saja. Kepalanya sakit seolah sesuatu yang berat menekan dari atas, berusaha meratakannya dengan tanah.

Fallen Star [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang