17

359 93 90
                                    

HAIII SIAPA YANG KANGEN?

Maaf ya ngilang sebulan .... Alhamdulillah bulan lalu aku dapet pekerjaan dan sibuk penyesuaian karena bidangnya bener-bener mulai dari 0 jadi butuh waktu yang cukup panjang buat belajar. Apalagi aku kerja sampe sabtu huhu jadi masih bingung nyari waktu buat nulisnya. Tapi jangan khawatir! Sekarang kayanya aku udah tau deh mesti gimana. Doain aja lancar supaya aku bisa tetep update terus ya🤍


Pssttt ... btw ini lumayan panjang loh 👀


Happy reading!^^



~°~°~



Semilir angin malam menyapu wajah dua insan yang terduduk di lahan hijau. Mata mereka terarah pada keindahan langit penuh bintang. Telinga dimanjakan oleh suara hewan-hewan malam yang bernyanyi seolah menjadi tanda syukur atas keindahan malam itu.

Jun bersyukur ia dipaksa Joshua mengenakan mantelnya ketika pergi tadi. Alhasil bisa ia pinjamkan pada gadis yang diculiknya saat ini agar dinginnya malam tak terlalu terasa.

Sudah satu jam keheningan menguasai keduanya. Baik Jun maupun (Y/n) sama-sama menikmati langit malam sambil terbaring di atas rumput.

"Bagaimana kau mengenalnya?"

Jengah dengan keheningan itu, akhirnya Jun bersuara.

Gadis itu paham betul siapa yang tengah coba Jun bahas. Maka dari itu ia langsung menjawab, "Kampus. Kami sering satu kelas, satu jurusan."

Jun tidak pernah merasakan kuliah seperti halnya manusia. Namun mendengar mereka satu kelas cukup membuatnya paham.

"Namanya bukan Jihoon," Jun sedikit tercekat ketika menyebutkan nama itu. Lidahnya terasa kelu. Ada perasaan aneh dalam dadanya. Cukup mengganjal dan canggung, "Dia Woozi. Vampir juga sama seperti kami."

Gadis itu merasa seharusnya ia terkejut. Namun setelah dipikirkan kembali ada banyak hal yang masuk akal dari diri Lee Jihoon yang ia kenal. Terkadang sosok itu tiba-tiba menghilang, tak lelah sekalipun berjalan atau berlari jauh, tak pernah sakit, juga beberapa keanehan lainnya yang terasa biasa bagi gadis itu.

"Ingat teman-teman yang pernah kuceritakan?" lanjut Jun setelah hatinya mulai membaik. Pria itu menatap langit lekat-lekat, seolah berusaha menembus awan. "Dia salah satunya .... Kami bertiga; aku, dia, dan Dikey bersahabat. Dia teman yang ikut menolong Dikey waktu itu."

Jun berhenti sejenak. Bayangan mengerikan dari masa lalunya kembali ke permukaan. Meronta-ronta untuk segera dikeluarkan. Membuat perutnya terasa seperti diaduk-aduk, mual.

Jun kira diam akan membuatnya merasa sedikit lebih baik. Nyatanya tidak. Pria itu segera bangkit, menjauh sejenak dan berusaha mengeluarkan isi perutnya sekalipun hanya cairan bening.

Padahal kejadian itu sudah berlangsung selama ratusan tahun. Sudah sangat banyak perubahan yang terjadi di sekitarnya. Namun ingatan itu tak berubah.


Masih mengerikan ... dan menyakitkan.


"Apa kau baik-baik saja?"

Jun ingin sekali membenci suara itu. Ia ingin menepis tangan yang mengusapi punggungnya dengan lembut. Tetapi tak ada satu pun hal yang dilakukan pria itu selain mengatur napas dan menatap tanah yang dipijaknya.

"Pasti kejadian itu sangat berat untukmu ya?"

Pertanyaan itu menarik Jun dari pikirannya sendiri. Pria itu akhirnya menengadah. Menatap gadis yang berdiri di sampingnya dengan mata berkaca-kaca, membuat Jun tercengang.

Fallen Star [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang