Pantesan aku nulis chapter ini gak beres-beres ternyata panjangnya hampir dua chapter 😭😭😭
Mau dipotong dua nanggung dah jadi 🥲
Bonus ya buat kalian yang setia nungguin update aku, semoga gak bosen, lopyuall❤️❤️❤️❤️❤️
Happy reading!^^
~°~°~
Jun pikir dirinya sudah tidak waras.
Pria itu melangkahkan kaki dengan tergesa di tengah-tengah manusia. Ia turunkan kepala hoodie yang dikenakannya semaksimal mungkin untuk menutupi wajah. Kakinya bergerak dengan gesit, namun tetap berhati-hati agar tidak menabrak satu manusia pun.
Jun tidak ingin melakukan kontak kemudian membangkitkan jiwa kelamnya dan melakukan hal-hal bodoh seperti membuat keributan. Buruk-buruknya menyerang manusia.
Jun sangat berusaha keras untuk tak membalas satu pun pasang mata yang memandang aneh ke arahnya. Ya ... siapa juga yang tidak? Mungkin hanya dirinya yang menggunakan jaket tebal, ditutup hoodie, dan setelan serba hitam di tengah terik matahari dan hiruk-pikuk kota.
"Sial," umpatnya ketika tubuhnya hampir menabrak seorang manusia. Beruntung ia punya refleks yang cukup bagus dan mampu berkelit dengan cepat.
Kalau saja ada jalan lain ... ia tak kan sudi melalui tempat itu.
Ohh ya, andai saja ia bisa mengendarai mesin memuakkan beroda empat itu ia juga tak perlu repot-repot mewaspadai manusia.
"Mobil, mobil, mobil," rutuknya pelan. "Kenapa harus ada mobil di dunia ini? Manusia menyulitkan saja."
Jun harus bersyukur daya ingatnya sangat bagus sehingga ia tak perlu membelah lautan manusia berulang-ulang. Ia akhirnya berhasil menemukan gedung mewah bertingkat yang dituju. Tanpa ragu ia memasuki tempat itu meskipun menjadi pusat perhatian akibat tampilannya yang 'unik'.
Ajaibnya tak ada satu pun penjaga keamanan yang menahan atau memintanya keluar dari gedung.
Jun ingin sekali mencari tangga sepi dan melesat secepat kilat agar segera sampai di tempat tujuan. Namun ia teringat akan pesan sang kakak untuk tidak melawan teknologi manusia di tempat umum. Bisa-bisa ia menyebabkan huru-hara karena menghilang di teknologi menyebalkan manusia lainnya bernama CCTV. Apalagi saat ini ia perlu menjaga nama baik agar permintaannya dikabul. Jadi ia memutuskan menaiki lift bersama manusia.
"Lantai mana, Tuan?" tanya seorang petugas di dalam lift.
Jun tidak ingin berkomunikasi dengan manusia, namun tak punya pilihan selain menjawab. "Lantai tujuh belas."
"Baik," ujar si petugas kemudian menekan tombol lantai tujuh belas.
Jun merasa mual ketika ruangan bermesin itu bergerak. Ia bisa mendengar suara mesin bergerak, juga merasakan getaran yang dihasilkan. Ia meraih pegangan di samping kanan, namun dengan cepat melepasnya karena takut merusak benda itu. Akhirnya ia hanya mengepalkan tangan di dalam saku.
Ting!
Semesta mungkin tengah berpihak pada Jun. Tidak ada yang menaiki lift hingga ia tiba di tempat tujuan. Paling tidak perjalanannya tidak melambat, pun ia tak perlu berdesakkan dengan manusia di dalam.
Begitu pintu lift terbuka, segera ia melangkahkan kaki keluar. Jun bergidig membayangkan bahwa dirinya mungkin saja akan sering menggunakan teknologi itu.
Suara alunan piano samar-samar tertangkap oleh indra pendengarannya. Jun memperlambat langkah untuk menikmati alunan yang memanjakan telinga. Pria itu terkejut mendapati suara itu berasal dari tempat tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Star [Seventeen Imagine Series]
FantasyApakah kau percaya bahwa di dunia ini ada makhluk selain manusia? Bukan ... bukan hewan atau tumbuhan. Makhluk ini persis seperti manusia, hanya saja lebih kuat dan memiliki kemampuan unik. Mereka hidup selayaknya manusia; bekerja, bersekolah, makan...