Part 9

890 234 16
                                    

"Mama?" pelan Liliana menyebut, tapi masih bisa terdengar oleh Chika.

"Mama? Dia nyokap lo?"

Pertanyaan Chika sontak membuat Liliana dan Fellicia terkesiap usai bersitatap lama.

"Masuklah, saya ingin bicara," ucap Fellicia dingin seraya membuang wajahnya dari Liliana.

Liliana membeku sebelum menoleh kepada Chika yang terlihat bingung.

"Sorry ya Chik, nontonnya kita pending dulu, nggak apa-apa kan?"

Chika tersenyum. "Santai aja."

Liliana kemudian meninggalkan Chika untuk memasuki mobil itu. Setelah Fellicia memberikan perintah pada sang sopir, mobil itu pun melaju dalam kebisuan selama beberapa waktu.

"Mama apa kabar?" tanya Liliana dengan ragu.

Sayangnya pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban dari Fellicia. Bukannya menjawab pertanyaan Liliana, wanita paruh baya itu malah berbicara pada sopirnya untuk menghentikan mobil. Tak berselang lama, mobil pun berhenti di tepi jalan yang tidak begitu ramai kendaraan.

"Apa tujuanmu sebenarnya bekerja di perusahaan kami?" tanya Fellicia tajam dan tanpa basa-basi.

Pertanyaan itu menonjok dada Liliana hingga membuat suaranya tersendat. "Mama ... mama kenapa bertanya seperti itu? Lily hanya...."

"Jangan memanggilku mama, aku bukan Mama-mu." Fellicia memotong tajam, melipat kedua lengannya dengan angkuh.

Liliana terbungkam, kata-kata Fellicia amat menyakiti hatinya. Dengan jemari yang saling meremas, Liliana hanya mampu menatap wanita paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca.

"Putriku sudah meninggal, sedang kamu bukan anakku. Jadi bisakah tidak menyebutku lagi dengan sebutan Mama, aku tidak nyaman mendengarnya." Fellicia mendengkus, tanpa sekalipun menoleh kepada Liliana. "Selain itu aku tidak ingin Aldrick sampai mendengarmu memanggilku Mama."

Liliana memandang jemarinya di atas pangkuan. "Mama jangan khawatir, karena Kak Al yang sekarang sudah nggak ingat sama Lily." Ia tersenyum pahit. "Maaf kalo kemunculan Lily membuat Mama merasa tidak nyaman, tapi Mama jangan khawatir karena selamanya Lily akan tetap merahasiakan kisah kita dari semua orang. Tidak akan pernah ada yang tahu kalo dulu Lily pernah menjadi bagian dari keluarga Bramantha." Liliana menjaga nada suaranya yang mulai bergetar. "Lily permisi Ma."

Liliana sudah meraih handle pintu, bersiap keluar ketika suara Fellicia menghentikannya.

"Tujuh belas tahun yang lalu, Aldrick mengalami kecelakaan. Dia terserempet mobil ketika mengejarmu pergi."

"A-apa?" Liliana termangu, lalu menoleh dengan wajah terkejut.

Detik itu juga Fellicia menatap Liliana. "Al terjatuh dan kepalanya membentur keras tepi trotoar. Sejak saat itu Al mengalami amnesia. Cedera otak yang ia alami ketika itu membuatnya melupakan jati dirinya, melupakan kami dan melupakan semua memorinya."

"Jadi itukah sebabnya Kak Al tidak mengenaliku?" Liliana merunduk dengan sedih.

***

"Dokter mengatakan, sebenarnya melupakan masa lalu adalah pilihan Al. Maksudnya adalah Al memilih untuk melupakan masa lalunya. Terutama masa lalunya yang berhubungan denganmu."

Liliana melamun di dalam kamarnya, pembicaraannya dengan Fellicia tadi sore masih terngiang-ngiang di kepala. Ternyata alasan mengapa dirinya di lupakan oleh Aldrick adalah karena pria itu lupa ingatan setelah mengalami kecelakaan belasan tahun yang lalu saat mengejar kepergiannya.

Ia ingat hari itu ketika ayah kandungnya menjemputnya pergi, Aldrick baru saja pulang dari sekolah. Tubuh kecil Aldrick yang berusaha menahan kepergiannya tak kuasa melawan kekuatan orang-orang dewasa yang ketika itu berusaha untuk memisahkan mereka.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang