Part 13

1K 226 8
                                    

"Sial! Jika seperti ini, lalu apa bedanya aku dengan Vincent dan Edward?" Aldrick sudah akan berbalik ketika lengannya di tarik keras oleh Liliana sehingga membuatnya terjatuh mengenai tubuh gadis itu.

Belum sempat mengatasi keterkejutannya tiba-tiba Liliana sudah menarik tengkuknya dan menyatukan bibir mereka. Aldrick terbelalak, tapi ia tidak sanggup mengelak. Terlebih kini gadis itu sudah mulai berani memagut bibirnya, seakan mewujudkan hayalannya beberapa saat yang lalu.

Sejurus kemudian, tanpa melepaskan pagutan mereka, Liliana menggulingkan tubuh Aldrick, hingga keduanya kini bertukar posisi. Liliana berada di atas Aldrick dengan menduduki bagian bawah perut pria itu.

"Ly, apa yang terjadi?" Aldrick menatap Liliana dengan curiga ketika ia berhasil melepaskan belitan bibir mereka.

"A-aku ... aku nggak tahu Pak. Tapi sekujur tubuhku benar-benar panas dan aku ... aku ingin kembali mencium Anda."

Tak butuh sedetik, Liliana kembali mencium Aldrick. Memagutnya lebih dalam dan menari-narikan lidahnya di dalam sana, menggoda.

Aldrick menggeram, ciuman Liliana begitu menuntut dan panas. Dirinya tahu ada yang tidak beres dengan Liliana, karena itu ia berusaha keras untuk tetap menjaga kewarasannya. Meski sejujurnya sebagai lelaki normal, bohong jika ia tidak tergoda.

Hanya saja, ia tidak bisa mencari kesempatan dalam kesempitan layaknya pria bajingan. Jelas-jelas Liliana sedang berada di bawah kesadaran. Sekalipun ia menginginkannya, Aldrick tidak ingin melakukannya dengan cara kotor seperti ini.

Sekali hentak, Aldrick menggulingkan tubuh Liliana, lalu memegangi kedua pergelangan tangan gadis itu sembari berusaha melolosi dasi miliknya.

"Pak, aku mau di apain?" tanya Liliana sambil meronta.

"Kamu mau aku ikat, supaya kamu nggak berbuat macam-macam," kata Aldrick sembari mengulum senyum.

Raut kecewa tergambar di wajah Liliana yang berpeluh. "Yah, jangan dong Pak. Itu sama aja Anda sedang berusaha membunuh saya. Please lepasin aku Pak. Please...." Liliana memohon dengan wajahnya yang terlihat tersiksa.

"Kalo kamu aku lepaskan, nanti kamu perkosa aku lagi kayak tadi!"

Aldrick lalu melompat dari ranjang usai mengikat kedua pergelangan tangan Liliana ke kepala ranjang yang terbuat dari besi.

"Oke, selamat malam. Next, kita masih bisa melakukannya di lain waktu." Pria itu menggeleng geli sebelum meninggalkan Liliana yang terus berteriak minta di lepaskan.

Masuk ke kamarnya, Aldrick lalu menjatuhkan diri di atas ranjang. Matanya nyalang menatap langit-langit. Jujur saja, bukan hal yang mudah untuk mengambil keputusan itu. Liliana terlalu menggiurkan untuk di abaikan begitu saja. Tapi karena ia pria yang amat menghargai wanita, Aldrick ingin melakukannya atas kesadaran, bukannya dalam keadaan di bawah pengaruhi sesuatu yang nantinya akan menimbulkan penyesalan.

***

Sinar mentari yang menerobos masuk melalui celah gorden, membuat Liliana mengernyit dalam tidurnya. Perlahan ia membuka mata ketika merasakan seseorang sedang membuka ikatan di tangannya.

"Anda...." Liliana merona saat mendapati Aldrick di kamarnya.

"Udah bangun?" Pria itu tersenyum tipis.

Liliana mendudukkan dirinya bersandar ke punggung ranjang. "Untuk semalam ... saya ... bener-bener minta maaf Pak," gumamnya sambil menunduk. Ia sadar betul atas perbuatannya semalam, hanya saja ia tidak dapat mengendalikannya. Dan kini ia merasa benar-benar malu pada Aldrick. Sungguh, Liliana tidak lagi mampu mengangkat wajahnya di hadapan pria itu.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang