Ciuman Aldrick turun ke leher lalu mengecup bra hitam yang masih membungkus dada Liliana."Apa ini boleh ku buka?" tanyanya dengan suara yang kian parau.
Liliana mengangguk sembari menyentuh lembut kepala pria itu. "Miliki aku malam ini, Kak."
Sebutan yang di ucapkan tanpa sadar itu membuat Aldrick mengernyit, tapi Liliana yang tidak ingin memberikan Aldrick waktu untuk berpikir segera menggulingkan tubuh pria itu hingga berada di bawahnya. Kendali kini ada pada diri Liliana, gadis itu mengentak lepas bra miliknya lalu mencium kembali bibir Aldrick dalam satu desahan panjang.
Saat tubuh keduanya sudah bertelanjang sepenuhnya, penyatuan pun terjadi di menit berikutnya. Tapi karena ini adalah yang pertama bagi Liliana, ia kesakitan saat dengan nekad menuntun milik Aldrick untuk memasukinya.
"Ly ... kamu...." Aldrick yang terkejut saat mendapati Liliana yang masih perawan, tidak dapat melanjutkan kalimatnya.
Dengan cepat, Aldrick kembali membalik posisi mereka. "Apa kamu mau aku berhenti sekarang?" tanyanya dengan lembut seperti tatapannya.
Liliana menggeleng lagi, tatapannya di penuhi tekad yang bulat. "Jangan, lanjutkan Pak. Saya tidak apa-apa. Orang bilang, ini hanya sakit sebentar."
Senyum Aldrick mengembang, lalu mengecup lembut kening Liliana sebelum mengarahkan kembali miliknya ke tempat penyatuan. Meski Aldrick bukan seorang pro dan sangat minim pengalaman, setidaknya naluri membuatnya menguasi permainan. Perlahan ia mendorong dirinya semakin dalam ke tubuh Liliana, membelahnya dengan lembut di bawah sana sambil sesekali tangannya bermain di area dada wanita itu.
Jeritan kesakitan melolong dari bibir Liliana, yang kemudian langsung di bungkam Aldrick lewat ciuman. Sementara lidah mereka saling membelit, Aldrick mulai memaju mundurkan miliknya di tempat penyatuan, mencari celah untuknya bisa memasuki Liliana sepenuhnya.
"Aaahhh," desah Liliana begitu Aldrick sudah memasukinya lebih dalam. Sepasang jemarinya meremas pundak Aldrick dengan keras seiring dengan usaha pria itu dalam menerobos kerapatan miliknya.
Dan ketika batas keperawananya sudah terobek dan Aldrick sudah tenggelam sepenuhnya, Liliana menjerit dengan keras. Hingga tanpa sadar air mata merembes keluar tapi dengan lembut Aldrick menyekanya. Pria itu diam sejenak, hanya menatap wajah wanita di bawah kungkungannya dengan lembut.
"Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku harus mengatakannya ... I love you, Liliana," ungkap pria itu.
Liliana menatap Aldrick berkaca-kaca, lidahnya terlalu kelu untuk mengakui hal yang sama. Pengakuan Aldrick membuat dada Liliana merasa sesak. Sesak oleh perasaan meluap-luap yang terpendam di dalam sana.
Sedetik berikutnya, kening Liliana di kecup kembali oleh Aldrick sebelum pria itu bergerak lembut, mengeluar masukkan miliknya kedalam Liliana.
Beberapa waktu berselang, letupan pelepasan menerjang Liliana lalu di susul berikutnya oleh Aldrick yang menghujamkan miliknya dalam-dalam dengan nafas terputus-putus.
Tanpa melepas penyatuan, Aldrick menjatuhkan dirinya di samping Liliana lalu meraih wanita itu untuk bersandar di dadanya.
"Ly?"
"Hmm." Sembari bersandar nyaman, Liliana melingkarkan tangannya di dada pria itu.
"Kamu belum menjawabku tadi," gumamnya sembari mengusap pelan punggung Liliana.
Liliana mengerjap tanpa mampu berucap.
"Aku sudah mengungkapkan perasaanku, tapi aku belum mendengar jawabanmu."
Liliana mendongak sehingga mereka berpandangan. "Jika aku mengatakan aku tidak mencintai Anda, apa yang akan Anda lakukan?"
Sejenak Aldrick terdiam. "Maka akan ku buat kamu mencintaiku." Ia tersenyum lalu kembali menggulingkan tubuh Liliana.
"Dengan cara?" Liliana menempatkan kedua telapak tangannya di dada Aldrick.
"Apapun itu, yang jelas aku tidak akan melepaskanmu." Aldrick tersenyum lalu mencium bibir Liliana kembali sebelum melakukan penyatuan untuk yang kedua kali.
***
Setelah kejadian malam itu, Liliana berhasil membujuk Aldrick untuk pulang ke Jakarta. Dan sesuai dengan permintaan Fellicia, Liliana pun benar-benar menghilang dari kehidupan pria itu.
Sudah tiga hari lamanya, sejak kepulangan mereka ke Jakarta. Dan selama itu juga, Aldrick tidak bisa menghubungi wanita itu. Liliana juga tidak pernah lagi datang ke kantor, bahkan Liliana juga tidak ada di kost-kostannya. Aldrick sudah mendatangi tempat-tempat yang memungkinkan Liliana tinggali, tapi wanita itu tetap tidak bisa ia temui. Tidak ada yang tahu kemana perginya wanita itu. Baik Chika dan Vicko juga sama bingungnya mencari Liliana. Wanita itu seakan menghilang di telan bumi.
"Dimana kamu?" lirih Aldrick berbicara dengan video yang menampilkan Liliana di dalamnya, rupanya selama ini Aldrick sudah menaruh CCTV yang menghadap ke meja wanita itu demi bisa mengawasinya setiap saat. Dulu senyumnya akan mengembang tiap kali melihat wajah kesal Liliana di layar CCTV tetapi kini rekaman itu malah memberinya tikaman menyakitkan didada senada dengan kerinduannya pada wanita di dalam rekaman tersebut.
Persetan dengan rasa penasarannya pada wanita itu-tentang siapa Liliana sebenarnya. Aldrick sudah tidak lagi peduli, karena kini ia telah jatuh cinta dengan wanita itu. Dan ia yakin, meski tidak pernah mengakuinya, Liliana sebenarnya juga merasakan hal yang sama.
Lantas mengapa Liliana memilih meninggalkannya dan menghilang setelah memberinya sebuah keperawanan? Apa sebenarnya yang telah terjadi dengan wanita itu? Atau semua itu hanya perasaannya saja? Jika Liliana sebenarnya tidak pernah memiliki perasaan yang sama. Bisa jadi wanita itu kini tengah menyesali perbuatan mereka kemarin, hingga ia memilih menghilang dan mengubur semua hal yang mengingatkannya pada kebersamaan mereka.
Dengan memikirkan itu saja, hati Aldrick hancur berkeping-keping, bahkan rasa sakitnya melebihi patah hatinya ketika mengetahui kabar pernikahan Kaysha dan Aryan. Baiklah, mungkin kalian berpikir rasa cintanya kepada Liliana terlalu cepat. Tapi entah mengapa Aldrick selalu merasa, ia sudah lama mengenal sosok Liliana. Ada kedekatan batin antara dirinya dengan Liliana yang tidak bisa ia pahami hingga sekarang. Hatinya seakan telah berhasil menemukan pemiliknya yang sesungguhnya. Kebersamaan mereka dalam satu bulan ini seolah berhasil menggenapi hatinya yang kesepian selama ini. Sehingga, ketika Liliana menghilang darinya dalam beberapa hari, Aldrick merasakan kehampaan jiwanya kembali.
Oh Tuhan, mengapa kisah cintanya selalu berujung seperti ini? Apakah sesungguhnya ia memang tidak layak untuk dicintai?
Sejak awal mula sang papa memintanya untuk mengelola kantor cabang di Jakarta Selatan, Aldrick sebenarnya tidak begitu antusias mengingat jaraknya yang jauh dari rumah. Tapi semenjak pertemuan pertamanya dengan Liliana, ia bahkan sampai malas untuk pulang ke rumah. Jika bisa, mungkin ia akan membuat peraturan baru-tujuh hari kerja untuk para karyawan-agar dirinya bisa selalu melihat wajah wanita favoritnya.
Liliana.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa
Romance"Lily ... masih mau jadi adik Kak Al." "Kamu memang adikku kan? Dan selamanya akan selalu begitu. Percaya sama kakak, kakak tidak akan membiarkan mereka membawamu lagi." Kenyataan tragis perihal status sebenarnya membuat kedua insan kecil itu harus...