Halo, happy weekend. Aku kembali dengan chapter terbaru dari Liana. So sorry for typo's and happy reading 💙Biasanya, kalau lihat nasi kemarin, apa yang ada di benak ibu-ibu?
"Njun, ini ada nasi kemarin belum abis ya? Kita goreng aja gimana?" tanya Bu Wanda pada anak sulungnya, Renjun.
Nasi goreng, menu andalan.
Renjun mengangguk, ia menghampiri sang ibu, "boleh buk, sayang juga kalau dibuang. Mau ibuk yang goreng apa aku?"
"Ibuk aja, kamu bantuin bapak nyuci motor sana, biar kinclong," ucap Bu Wanda.
Di depan rumah, terlihat Pak Chandra sedang mencuci motor, dan Jisung yang bermain air dengan dalih membantu.
"Dek, kamu sana aja deh masuk rumah, mainan air gitu nanti kena marah ibuk!" kata Renjun sambil mengambil alih selang yang ada ditangan Jisung.
"Atau mandi dulu kamu tuh, mau pergi kok malah masih mainan air," tegur Pak Chandra pada Jisung.
Jisung merengut, kesal dengan sang ayah maupun kakak, "iya iya ini mau mandi," ucapnya lalu masuk rumah.
Renjun langsung menghampiri ayahnya, "Pak, yang satu tak cuci Njun, bapak istirahat aja," katanya.
Pak Chandra otomatis senyum bahagia, "baik banget deh, yaudah bapak masuk dulu," katanya, Renjun mengangguk.
Sekarang hari minggu, Desa SMJYP, tempat tinggal mereka akan mengadakan jalan sehat rutin setiap bulan. Banyak warga yang datang untuk ikut, termasuk keluarga Pak Chandra.
Di balai desa, para warga telah berkumpul, tak terkecuali Bapak Kepala desa beserta sang istri. Beliau berdua terlihat sangat berwibawa, Pak Hendra dan Bu Iriana memakai baju santai sederhana namun sangat elegan.
Lalu, kemana kedua putri cantik mereka?
"Liana!" panggil salah satu gadis dengan surai legam, Siyeon.
Lia turun dari mobil saat mendengar sahabatnya memanggil, diikuti Yuna.
"Jen, kamu parkir dulu, nanti nyusul ya, kumpul sama yang lain," ucap Lia pada Jeno, ingat mereka sepupu.
Jeno memberi isyarat 'oke' sebelum mobilnya menuju area parkir.
Lia berlari kecil ke arah Siyeon, "Si, duh kangen banget, lama ngga ketemu makin cantik aja deh," puji Lia.
Siyeon justru tertawa, "duh makasih yang lebih cantik," ia memuji balik.
Keduanya tertawa, sampai muncul beberapa dewasa awal seusia mereka. Dari arah barat, ada kembar Hyunjin dan Yeji, diikuti Jeno dibelakangnya.
Dan Renjun.
Entah, mengapa mereka bisa bersama.
"Cie Yeji, dateng sama mas crush," goda Lia.
Yeji hanya senyum-senyum menahan malu, dia sebenarnya telah lama menjalin hubungan dengan Jeno, tapi jika di goda seperti tadi masih saja malu.
Jeno yang lebih terbuka akan hubungan mereka pun langsung menggandeng Yeji, ia berencana jalan-jalan berdua dengan sang kekasih. "Udah pada kumpul, yuk Ji, kita ikut baris kesana," ajak Jeno.
Tersisa Lia, Renjun, Hyunjin, Siyeon, dan Yuna. Mereka terlihat sangat canggung, karena pada dasarnya tidak akrab satu sama lain. Yuna jadi bingung sendiri, "mbak Lia, aku mau ikut mama papa aja deh," kata Yuna.
Lia mengerutkan kening heran, "tapi kan mama papa nanti di panggung, kamu mau ikut mereka? Engga malu?"
"Ya malu, tapi kalian pasti pasangan semua kan, masa aku sendiri. Mas Renjun, adiknya mana?"
Renjun, merasa namanya disebut, otomatis menoleh, "eh?! Jisung? Dia kumpul sama temen-temennya."
"Yaudah deh, aku ikut mbak Lia sama Mas Njun aja," ucap Yuna, membuat ke empat dewasa awal itu sedikit terkejut.
Renjun menggeleng, bisa jadi jantungnya tidak akan terkontrol jika jalan berdua dengan Lia, "saya sama Hyunjin aja, kan kita kenal. Terus Lia biar sama Mbaknya," katanya, menunjuk Siyeon.
Baru saja Lia akan mengangguk, Hyunjin lebih dulu menarik lengan Siyeon, "kita duluan, bye Li, Njun.." pamitnya tiba-tiba.
——————————
Jalan sehat dimulai, memang ternyata banyak yang berpasangan.
Namun disini kita bisa melihat bagaimana canggungnya pasangan Lia, Renjun, dan Yuna. Tidak ada obrolan nyaman seperti Jeno Yeji, atau obrolan garing ala Hyunjin Siyeon.
Mereka hanya diam.
Sampai Yuna membuka suara, "Mas Njun, Mas umur berapa?"
Renjun refleks menoleh, tersenyum manis pada gadis tujuh SMP tersebut, "23 tahun, kenapa?"
Yuna mengangguk lucu, lalu mengalihkan atensinya pada sang kakak, "wahhh mbak Lia juga 23 tuh, kalian seumuran dong."
"Iya gitu, soalnya dulu satu kelas pas SD," Lia ikut berkomentar.
Batin Renjun berkata, "ohhh ternyata Lia inget juga."
"Ah aku capek jalan sama Mbak Lia sama Mas Njun, awkward banget, aku mau pindah ikut Mas Echan sama Mbak Somi aja deh," ucapnya ketika melihat pasangan jalan sehat lain yang terlihat saling berbagi tawa ceria, Haechan dan Somi.
Tinggal berdua, sudah canggung tambah canggung.
Mau tidak mau, Renjun harus memulai obrolan, "Emm, Lia."
"Iya."
"Lama juga ya engga ngobrol berdua gini, terakhir pas SD kalau engga salah," kata Renjun.
Lia sedikit bingung, Renjun ini pelupa atau memang sengaja lupa, "kan kemarin habis berangkat sekolah bareng, pas kamu nganterin aku."
Aku ..
Aku ..
Aku ..
Jantung Renjun berpacu semakin cepat, dan benar juga kata Lia, mereka kan sempat berangkat ke sekolah bersama, "hahahha iya ak—saya lupa," gugupnya.
Tiba-tiba Lia mengajak Renjun untuk menepi, tepat di bawah pohon, "neduh dulu, istirahat, capek."
Renjun menurut.
Lia sebenarnya tipe orang yang sangat friendly, gadis itu memberikan botol minumnya pada Renjun, "kalau capek bilang, ini minum dulu," tawarnya.
Renjun bingung, tapi Lia justru menampakkan senyum manisnya sampai matanya terlihat seperti garis, "ngga biasa jalan lama dan di panasan gini ya? Muka kamu merah banget."
Renjun memang tidak terbiasa dengan hal-hal yang banyak menguras tenaga, fisiknya bisa dibilang mudah kelelahan.
"Nanti kalau saya yang minum, kamu mau minum apa? Udah simpen aja buat nanti, saya ngga papa, istirahat sebentar aja nanti kuat lagi," tolak Renjun dengan halus.
"Masih denial aja dari dulu," cicit Lia.
"Hah?!"
"Iya pas SD aja kalau upacara sering pingsan kan? Inget banget aku tuh. Udah sok-sokan baris paling depan, eh berakhir baring di UKS."
Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia jadi malu aib masa lalu terbongkar. Eh? Tapi Lia kenapa masih ingat?
"Aku pikir dulu kamu cuma pura-pura aja biar dapet teh anget sama roti dari UKS, tapi sekarang aku percaya kalau itu beneran."
"Emmm, Lia .. Udah dong, jangan dibongkar lagi aib saya, kan malu," kata Renjun.
Lia tertawa lepas, "sorry deh," katanya, lalu melepas topi yang dikenakan, memakaikannya pada Renjun.
"Pakai gih, biar gak kepanasan. Kita jalan lagi," ucap Lia lalu berjalan mendahului Renjun yang masih mematung dan terkejut dengan apa yang baru saja ia alami.
Dan tanpa sadar, interaksi keduanya tak luput dari beberapa pasang netra warga, tak terkecuali, pak Chandra dan Bu Wanda.
-TBC-
Thank you so much yang udah baca dan vote, enjoy your weekend and see ya 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Liana
FanfictionRenjun cuma warga biasa yang punya cita-cita mempersunting putri kaya raya Kepala Desa. #1 in Renlia [13/11/2021] #1 in Renlia [06-25/09/2022] #1 in Renlia [01-13/12/2022] #1 in Renlia [25-26/01/2023] #1 in Renlia [28/03-04/04/2023] #1 in exovelvet...