9 - Tidur

228 54 25
                                    

Halo, aduh dah lama banget gak update, ngga papa, semoga tetap ada yang stay ya 💛 happy reading and sorry for typo's 💛







Bukan Bu Iriana kalau keinginannya tidak dipenuhi, seperti siang ini contohnya. Jisung sedang duduk di ruang guru sekadar untuk menunggu Lia selesai dengan segala pekerjaannya.

Ya. Jisung mulai hari ini pulang bersama Lia.

Jeno masuk ke ruangan, ia sedikit terkejut pasalnya ada bocah kelas dua yang ia tahu betul itu adiknya Renjun. Segera, ia bertanya pada Karina, "Bu Rina, itu Jisung kok disini? Bukannya kelas dua udah pulang?"

Karina tersenyum tipis, tidak menampik ia memang Suka Jeno, tapi cukup tahu diri saat Lia mengatakan guru penjaskes itu sudah punya pasangan, "Jisung nunggu Bu Liana, Pak. Mereka pulang bareng," katanya lalu kembali fokus pada buku tugas.

Jeno hanya mengangguk tanda paham, sepertinya lelaki itu belum peka terhadap perasaan Karina.

Selang beberapa menit, tepat saat adzan zuhur, Lia menghampiri Jisung, "Jisung, ibu guru udah selesai, yuk pulang, tapi sholat dulu di musholla," ucapnya menggandeng tangan yang lebih kecil.

Jisung mengangguk heboh, ia sudah sangat bosan dari tadi, "ayok buk!" katanya dengan semangat.

Sampai di rumah, Bu Wanda sudah menunggu, beliau tersenyum hangat melihat si bungsu turun dari motor Lia.

"Assalamualaikum ibuk," ucap Jisung sambil mencium tangan Bu Wanda.

Lia yang berjalan di belakang ikut melakukan hal yang sama, sampai Bu wanda terkejut, "Assalamualaikum, Bu Wanda."

"Eh iya, Waalaikumsalam bu guru," jawabnya sedikit gugup.

Menyadari hal itu, Lia refleks mengucap maaf, gadis itu terbiasa jika pulang mencium tangan kedua orang tuanya, "astagfirullah maaf Bu Wanda, saya kebiasaan."

"Ya ngga papa bu guru, mari masuk dulu, saya buatin minum," tawar Bu Wanda namun Lia menggeleng.

"Terimakasih bu, tapi ini udah mendung, saya pulang saja, keburu hujan, kebetulan lupa bawa jas hujan juga," ucapnya menolak dengan sopan.

Baru saja pernyataan itu terlontar dari mulut Lia, tangannya terkena tetesan gerimis. Lia semakin panik, dengan segera ia pamit pada Bu Wanda, namun Jisung menahan lengannya.

"Bu guru, disini dulu aja sampe nanti ngga hujan, ini mau deres, nanti malah keujanan," ucap Jisung dan diangguki sang ibu.

Karena tiba-tiba hujan semakin deras, mau  tak mau Lia mengangguk setuju. Ketiganya masuk rumah, dan membiarkan motor Lia terguyur hujan.

—————

"Pak Rendi sudah mau pulang?"

Itu salah satu murid Renjun, namanya Kamal. Sekadar informasi, di sekolah Renjun di panggil Rendi.

Renjun tersenyum menanggapi anak muridnya itu, "iya, saya mau pulang, kamu belum dijemput ya kemal?"

"Kamal, Pak. Bukan Kemal."

"Astaga iya maaf, saya suka lupa sama nama kamu," ucap Renjun diselingi tawa.

"Bapak kalau suka itu sama orang, bukan suka sama lupa," ujar Kamal, membuat Renjun mengernyit heran.

"Hah? Gimana?"

"Males jelasih ah."

Renjun pasrah, baru beberapa hari mengajar, sifat muridnya sudah mulai terlihat. Apalagi ia juga mengajar kelas delapan, yang mana bentukan muridnya seperti Kamal semua.

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang