Halo, hehe, lupa kemarin malem mau update. Jadi yaudah deh malem ini aja, walaupun udah kehitung ngga weekend. But, ngga papa, sebelum kalian memulai hari besok yang super sibuk, yuk lah, refresh dulu.
Sorry for typo's and happy reading 💛
Masih ingat kejadian malam minta izin? Tentu saja ingat. Lalu, bagaimana kelanjutannya? Apakah Renjun jujur perihal ibunya yang kurang setuju?
Ya. Renjun jujur.
Tapi, hal itu tidak mematahkan semangat dua sejoli yang tengah dimabuk asmara tersebut. Renjun dan Liana tidak menyerah.
Bohong jika Liana tidak merasa sedih. Ia sangat sedih, namun beruntung adik perempuannya itu punya seribu satu cara agak kakaknya kembali semangat. Seperti pagi ini, Yuna menyarankan sesuatu yang membuat lainnya terdiam.
"Pendekatan aja, mbak. Papa deketin om Chandra, mama deketin tante Wanda. Cuman, jangan minta aku deketin si bocil SD itu. Dia terlalu tengil"
Liana yang sedang bersiap, lantas menoleh heran, "gimana, Yun?"
"Ya pendekatan apa gitu lah, mereka diajak ngobrol gitu," saran Yuna.
Pak Hendra berhenti dari kegiatan menyemir sepatu, menoleh ke arah si bungsu. "Bener juga kamu, nanti deh coba papa pikirin caranya."
"Mama juga atuh ma, kasihan itu si mbak Lia, sad girl."
Liana pasrah, baru saja ingin terharu karena sang adik peduli. Ternyata, ending-nya sama saja. Tetap ia dinistakan.
—————
"Jisung, kamu itu kasihan ih mas mu kalau nunggu lama." Bu Wanda gemas dengan si bungsu.
Jisung yang masih memakai sepatu itu, dibuat semakin panik ketika mendengar suara motor Renjun yang sudah dinyalakan. Tanpa sadar, sepatunya terbalik. "Hueeee ibuk sama mas jangan buat aku panik!"
"Mas cuma manasin motor, ngga ada niat buat kamu panik. Cuma emang hari ini ada rapat pagi, jadi ya kamu juga harus cepet, dek," kata Renjun pada Jisung.
Benar. Pagi ini ada rapat mendadak di sekolah. Renjun jadi berangkat lebih pagi, karena dia harus mengantarkan Jisung dulu, baru menuju di SMP tempatnya mengajar.
"Assalamualaikum, Njun."
"Waalaikumsalam. Loh Lia? Ngapain? Ah maksud aku kok pagi-pagi kesini, tumben." Renjun terkejut juga heran, Liana pagi seperti ini mampir ke rumahnya.
Liana tersenyum manis, sampai matanya terlihat seperti garis. "Kamu ada rapat kan? Mending Jisung bareng aku aja berangkat sekolahnya. Biar kamu nanti lewat jalan terobosan, dan ngga telat."
"Tap—"
"Loh, Liana?" Bu Wanda muncul bersama Jisung.
"Assalamualaikum bu, selamat pagi," sapa Liana sopan.
"Waalaikumsalam," jawab Bu Wanda, sambil menerima uluran tangan Liana.
Renjun teringat sesuatu, Liana seperti memberi kode untuknya. Renjun tersenyum tipis, "bu, aku kan ada rapat ini, dan hampir mulai banget. Rencana aku mau lewat jalan terobosan biar cepet dan ngga macet. Jadi, biar Jisung bareng Lia aja berangkatnya. Gimana?"
Bu Wanda jelas tahu maksud Renjun. Anak itu jelas sekali ingin membuatnya terkesan. Bu Wanda bukan tidak suka dengan Lia. Dia, hanya merasa tidak sebanding.
"Iya, bu. Ini kan senin, jadi rawan macet banget. Bahaya juga kan nanti misal ngebut. Mending Jisung bareng saya," Liana mencoba meyakinkan.
Melihat anaknya terus melihat arloji yang dikenakan. Lalu Liana yang terlihat tulus, sampai Jisung yang paling merasa bingung, akhirnya Bu Wanda mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liana
FanfictionRenjun cuma warga biasa yang punya cita-cita mempersunting putri kaya raya Kepala Desa. #1 in Renlia [13/11/2021] #1 in Renlia [06-25/09/2022] #1 in Renlia [01-13/12/2022] #1 in Renlia [25-26/01/2023] #1 in Renlia [28/03-04/04/2023] #1 in exovelvet...