24 - Serba-serbi Sebar Undangan

204 41 31
                                    

Part sebelum ending, hehe.. Harusnya update tadi malem, tapi ada kesibukan hehe..

Happy reading and sorry for typo's 💛
Pssstttt ini agak panjang, 1400+ doang sih..






"Mbak Wanda, saya ngutang ya. Janji deh besok langsung saya balikin."

Itu salah satu tetangga, namanya Bu Naya. Hobinya hutang terus, padahal gaya hidupnya sudah seperti sosialita.

Bu Wanda yang sudah geram, langsung menyeletuk, "mbak Naya mending jual aja deh itu kalung. Ketimbang sayur seiket aja ngutang. Bilangnya besok terus, yang kemarin aja belum dibayar." Tapi meskipun ngedumel, Bu Wanda tetap membolehkan pelanggan hutang. Buktinya sekarang, daftar hutang Bu Naya sudah bertambah di buku.

"Beneran mbak, besok ini saya bayar. Kalau ngga besok, ya paling saya selipin di amplop pas anak sampeyan nikah. Jadi kan nikah sama anaknya Pak Kades?"

"Ya jadi lah mbak, doain aja. Oh iya, mumpung inget sampeyan tak kasih undangan, sekalian tolong di bagiin ke yang ada di daftar ini ya mbak. Kan rumahnya deket."

Bu Wanda kemudian memberikan undangan pernikahan Renjun dan Liana.

"Karena saya udah bantuin, hutang saya di coret dong bu, hehe."

Bu Wanda melotot, "mana bisa gitu? Ngga ad—"

"Yaudah saya ngga mau bantu."

Akhirnya dengan berat hati, mengambil buku daftar hutang, Bu Wanda mencoret hutang Bu Naya hari ini. "Udah, jangan lupa ya mbak!"

"Nah gitu dong, kan saya semangat jadinya."

Setelah pelanggan absurd-nya pergi. Bu Wanda menggeleng pasrah, "ya Allah, bisa bangkrut saya kalau model pelanggan gitu semua."

——————————

Berbeda dengan Bu Wanda yang membagikan undangan lewat pelanggan berbelanja, kini Bu Kades yang cantik jelita sedang mengadakan perkumpulan dengan teman-temannya.

"Iriana, beneran ini anak kamu mau nikah? Wahh padahal pengen banget tak jodohin sama adikku." Ujar salah satu diantara mereka.

Bu Iriana tersenyum pamer, "iya dong, sebentar lagi aku punya mantu. Asal kalian tahu dia itu ganteng banget, manis, terus imut, sholeh, pinter, dan—"

"Ini jangan bilang malah kamu yang naksir calon menantumu?"

"Hushh!! Ngawur ih kamu Bona. Aku masih setia sama mas Hendra ya, walaupun udah tua, dia tetap di hati."

Mengeluarkan beberapa undangan dari dalam tas cantiknya, Bu Iriana membagikan satu persatu undangan tersebut. "Kalau kalian penasaran secocok apa Lia sama calonnya, pokoknya harus dateng pas nikahan."

Jessi, salah satu diantara teman Bu Iriana itu menyahut, "ini apa ngga jadi hari patah hati di desa kamu part 2, Rin? Dulu kan pas kamu nikah banyak banget yang patah hati."

Bu Iriana semakin salah tingkah, sudah lama dia tidak mendapat pujian. Ia jadi mengingat ketika dulu dirinya memutuskan menikah dengan Pak Hendra, banyak sekali pemuda yang terang-terangan mengatakan patah hati.

"Kayaknya bukan cuma cowok-cowok desa aja yang bakal patah hati deh. Tapi cewek-cewek juga."

Hwasa, yang berada disebelah Bona terheran, "gimana?"

Bu Iriana berdeham, "Ya kan sudah aku bilang, calon mantuku itu sempurna."

——————————

Liana memandang bingung beberapa guru di ruangan, karena semua pandangan tertuju padanya.

"Maaf bapak-bapak, ibu-ibu, ini memang ada yang salah sama saya ya? Kok saya merasa dari tadi dilihatin." Tanya Liana hati-hati.

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang